Hampir Beli Bukanlah Ciri Winning-Mentality
“HAMPIR”
Dalam KBBI, kata “hampir” diartikan sebagai kurang sedikit ataupun tidak lama lagi.
Dalam hidup, setidaknya kita pernah merasakan momen ‘hampir’, entah itu hampir menyayangi, hampir melupakan ataupun hampir memiliki (maaf kalau curhat, saya gak berani ngomong langsung soalnya).
Sejenak mengambil nafas panjang sambil merenungkan apa saja yang sudah kita lakukan, sehingga kata hampir itu mampir.
Tentu ada hal yang perlu dikoreksi serta dipecahkan asal muasalnya, karena tidak akan ada asap jika tidak ada korek temen.
Umumnya seantero negeri ini baik Dunia Internasional hingga kerajaan Sunda Emperor, pasti manusianya pernah merasakan masuk fase “hampir”. Sebagai contoh:
“Kita hampir memiliki seseorang, namun semuanya bisa tidak akan terjadi jika kita tidak terlalu berekspektasi tinggi akan ketidakpastian itu. Terlebih jika hanya sebuah minat yang kadang kita sendiri juga lupa akan pernyataan resmi kalo kita meminatinya.” (bacanya mode Vicky Prasetyo).
(Tarik nafas panjang sebelum baca paragraph ini guys)
Ya, seperti halnya sebuah klub sepakbola yang hanya berkata minat/suka dan berencana merekrutnya sebagai “karyawan” namun si klub tersebut tidak pernah melayangkan pernyataan resmi tentang keinginan untuk memiliknya, hingga datang seseorang yang lebih menjanjikan dan memiliki tujuan yang jelas (emot nangis emot nangis)
Saat sedang menulis ini saya tersentil dengan kalimat : “Lebih berat merelakan orang pergi daripada pergi meninggalkan orang”
Saya mendengarnya dari seorang driver Gojek yang sudah sampai di titik penjemputan, tapi kastamer ditelpon bilangnya tunggu sebentar, masih tahap sedang memakai bedak tabur MBK.
Yaapss, merelakan orang pergi itu memang lebih sakit dari pada meninggalkan orang. Terlebih ditinggal pergi dan langsung dibenci lantaran klaim hampir jadi, namun sama sekali tak pernah ada tawaran menghampiri.
Ya rasanya kaya kita bisa dengan mudah bolos mata pelajaran di sekolah, tapi kita gak ikhlas merelakan temen-temen kita naik kelas dan kita masih harus tinggal kelas.
Sisa dari relung hati yang belum ikhlas ditinggalkan biasanya bertranformasi menjadi amarah yang tidak jelas. Pikiran buruk tentangnya akan dilumat di dalam otak, disimpan di sanubari dan dilontarkan bersama sumpah serapah.
Dibilang tak punya winning mentality, tak berani main di Ethiopia Power League (EPL) atau bahkan didoakan gagal, padahal sebelum didoakan seperti itu juga dia sudah gagal, gagal jadi milkmu.
Sejujurnya, kami pun tidak butuh sebuah niat buruk dibalut doa. Toh namanya gagal dan berhasil adalah sebuah pedang bermata dua. Bisa jadi dia berhasil selama 7 tahun dan gagal di musim ke 8, atau gagal di musim pertama dan berhasil di musim ke-20, terlebih pilihannya adalah sebuah komunitas yang berhasil dengan tenaga-tenaga 30 tahun ke atas.
Tapi namanya pemuja, tentu semua berharap baik-baik saja. Kita tak perlu menunggu untuknya agar bermain bagus agar bisa segera membalas semua tuduhan buruk yang sempat dilontarkan.
Demikian surat ini kami sampaikan, semoga kalian di luar sana bisa ikhlas. Jika memang gagal mendapatkan yang diinginkan, maka berjuanglah. Jika gagal memperjuangkan kekasih, setidaknya berjuang untuk meraih prestasi.
Dengan prestasi, semua yang diminati pasti menghampiri, jika cuma baru sampai level hampir meraih prestasi, ya kekasih yang dikejarpun pasti hanya sampai di titik hampir.