Thanks For the Memory, JVGL
Ruang adalah objek yang esensial. Segalanya perlu ruang untuk tumbuh dan berkembang.
12 Januari 2021 adalah tulisan pertama saya di jvgl.sport.blog (masukin link tulisan lain). Tulisan yang sangat alamiah, lantaran merupakan perjalanan hidup menjadi Juventini selama belasan tahun.
Biasa namun berkesan, waktu itu Paduka Handi (rezim JVGL pertama) bersedia menyunting naskah dan membuatkan ilustrasinya.
Dan
Seketika tayang, muncul kepuasan tersendiri dalam hati.
Selain menulis sebagai aktualisasi, ternyata apresiasi dan impresi jamaah JVGL sangat positif. 9 bulan setelahnya, tulisan kedua saya lahir ke dunia. Tulisan yang sebenarnya sudah sangat lama mendekam dalam kotak penuh inspirasi, terkandung dalam benak dan komputer, hingga akhirnya muncul keluar dari persemayamannya dengan gagah dan sentosa berkat bantuan mantri yang sama.
Kelahirannya pun, terjadi pasca ratusan diksi menghujam usai sembahyang maghrib. Semua ide dan inspirasi mulai mengguyur kepala hingga datang iqamah ibadah Isya’. Saya pun seperti orang gila yang basah kuyup akan kata-kata yang harus dituangkan ke lembaran kosong yang sempat ditinggalkan.
Cipratannya bahkan menggerakan semua jari jemari untuk merangkai kalimat-kalimat indah layaknya sebuah sajak. Pikiran khitmat mengontrol jari sekaligus memuntahkans semua ide yang sempat ditampung tadi.
Mengetik satu persatu kata dalam piranti keras, sambal membuat jari dan mata selaras. Layaknya menyemai benih, semua majas dan kalimat dituai satu persatu hingga saya terbuai.
Maaf jika terdengar sangat hiperbola, padahal hanya menulis sebuah catatan menarik soal sepak bola, namun rasanya semua terasa seperti merayakan kelahiran yang bernuansa transcendence. Bisa demikian halnya karena tema yang saya tulis merupakan jalan hidup selama kurang lebih satu tahun belakangan: stoisisme.
Kontributor lain dari luar maupun dalam lingkar JVGL juga ikut berkontribusi. Sebut saja Paduka Handi Aditya, Paduka Teguh (@MTPradhana), Dewa Komedi JVGL (@wahyuhidayaturo), Bang Ben (@bandnie), Bung Harri Rahmad Fadil (@_diel), Bung PaundraSpezia (@PaundraJ), Bung Erha (@erharmd) dan segenap penulis yang tidak bisa saya sebutkan karena blog-nya sudah ditutup.
Memang sejak kiprah jvgl.sport.blog dimulai, saya belum lagi Kembali produktif melahirkan tulisan menawan, semua hanya keluar dari lisan.
Karena hujan seperti tadi tidak datang setiap hari, bukan juga sebuah cuaca yang musiman. Hal ini karena inspirasi, momentum dan riset memerlukan waktu yang nggak sedikit.
Maka jika tangan ini tak mampu melahirkan Kembali tulisan yang menarik, beruntung saya masih punya sepasang sayap yang lentik.
Meski tak menulis, namun saya masih menggoreskan sayap ini untuk melukis. Saya dipercaya menggarap beberapa ilustrasi blog. Ajaibnya, dalam waktu singkat kemampuan editing cukup meningkat (sekalipun masih level dasar). Saya seperti terpacu dengan banyak masukan ide dari lingkar admin. Ide saya yang secara natural sudah liar menjadi makin liar.
Dengan kondisi Juventus saat ini, saya kira akan menjadi ladang inspirasi dari saya maupun segenap kontributor. Topik seperti transfer pemain, sejarah, kontroversi maupun ulasan yang lebih modern mengenai sport science dan managerial role. Dengan hadirnya era baru, harapannya media baru akan mewadahi uneg-uneg, keresahan, euforia, harapan dan opini dari Juventini dalam memandang tim dari masing-masing perspektif.
Terakhir, saya ingin menghaturkan rasa terima kasih atas ruang yang diberikan jvgl.blog.sport. Ruang ekspresi, belajar, aktualisasi dan apresiasi yang tidak saya dapatkan di media lain.
Juga segenap admin dan jamaah JVGL yang menjadi booster saya dalam berkarya. Semoga di media yang baru akan menjadi ruang yang besar untuk semua Juventini, sehingga mampu bertumbuh besar dan menjadi tifosi Juventus seutuhnya.