Artikel JVGL

Seperti Halnya MCU, Juventus Memiliki Kemiripan yang Seru

Kurang lebih 10 tahun sudah kita disuguhkan dengan kejayaan Marvel Cinematic Universe dan Juventus Universe, yang bisa dibilang sama-sama memiliki sad ending.

Juventus dan Marvel Cinematic Universe sama-sama menapaki jalan menuju kejayaannya lagi, setelah kurang lebih 10 tahun berhasil mengalahkan lawan-lawannya.

Saya mendapatkan beberapa persamaan antara Juventus Universe dan Marvel Cinematic Universe (MCU) dalam perjalanannya selama kurang lebih satu dekade terakhir. Berikut beberapa persamaan hasil cocokologi antara Juventus Universe dengan Marvel Cinematic Universe, versi saya sendiri:

1. Etos Kerja

Juventus Universe dan MCU sama-sama memiliki etos kerja yang luar biasa dalam satu dekade terakhir. Keduanya saling menerapkan etos kerja tinggi untuk menggapai hasil yang direncanakan. Di Juventus etos kerja kembali muncul saat kedatangan allenatore Antonio Conte.

Tak dapat dimungkiri, Conte mengembalikan semangat juang Juve yang sempat hilang. Bersama Conte, Juventus bahkan tak terkalahkan selama satu musim dan berhasil merebut gelar juara yang lama tak pulang. Conte juga berhasil menanamkan etos kerja yang tinggi di tangannya. Skuad asuhannya seperti tak kenal lelah dan siap melakukan apapun di lapangan demi sebuah kemenangan.

Sementara itu di Marvel Studios, setelah dihajar habis-habisan oleh trilogi Batman, para petinggi Marvel langsung berpikir keras untuk meruntuhkan kejayaan DC. Mereka pun meluncurkan Iron Man, yang cukup menarik perhatian para penonton dengan ciri khasnya Marvel yang selalu menyelipkan post credit scene.

Hasilnya sekarang? Para penikmat film superhero dibikin penasaran dengan apa yang akan terjadi ke depannya di jagat Marvel. Semua itu dikarenakan Kevin Feggie yang selalu menerapkan etos kerja yang tinggi agar semua yang direncanakan tercapai sesuai yang diinginkan.

2. Punya Markas Sendiri

Keduanya, baik Juventus Universe maupun Marvel Cinematic Universe selalu memikirkan masa depan. Di Marvel, segala sesuatu yang ada di series atau filmnya selalu menjadi fondasi di masa depan, seperti jalan yang sedang mereka tempuh untuk menciptakan Young Avengers.

Di Juventus juga berlaku demikian. Juventus selalu terdepan dalam hal menata masa depan. Dimulai dari stadion milik sendiri “eh ini mah sudah ada di negara Eropa lainnya ya? Ya anggap aja jadi yang pertama memikirkan rumah sendiri di Italia karena klub lainnya masih ngontrak.”

Avengers seperti kita tahu punya markasnya sendiri, mereka berafiliasi dengan S.H.I.E.L.D maka mereka bisa pakai markas itu, bahkan di End Game kita lihat anggota Avengers memiliki markas tempat mereka melakukan travel time, diskusi mengalahkan thanos. Bahkan saat Civil War, Captain America yang pisah ranjang dengan Iron Man Cs punya markas sendiri di Wakanda (auto teriak Forever!!!)

Juventus pun punya markas sendiri. Memang bukan hal baru di sepak bola Eropa. Namun di Serie A Juventus bisa berbangga karena punya stadion sendiri di Italia. Sebuah stadion yang seluruhnya ada emblem Juventus, lokernya bernuansa Juventus, tidak ada logo klub lain, locker room separo-separo. Kalau derby bisa home away, enggak home-home atau away-away. 

Bayangkan jika Marvel markasnya barengan. Misal, Hulk satu markas sama Pemuda Pancawarna. Atau Captain America markasnya jadi satu dengan Captain Tsubasa. Itu bakalan aneh. Jadi meskipun belum DNA Eropa, Juventus seperti klub Eropa lainnya, punya stadion sendiri.

3. Pengaderan 

Juventus memiliki tim muda yang diikutkan dalam kompetisi profesional Liga Italia. Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub, yang memiliki skuad kelompok usia muda untuk berkompetisi dengan klub senior lainnya. 

Juventus mengumpulkan pemain muda berbakat untuk dijadikan fondasi tim utama. Walaupun pada akhirnya, nantinya dijadikan bahan barter ataupun apapun yang bisa menghasilkan keuntungan atau plusvalenza. Setidaknya, Juventus sudah memikirkan masa depan untuk Juve dan pemainnya sendiri, meskipun belum banyak yang dikasih kesempatan main. Mayoritas dilego ke klub lain biar dapat jam terbang, atau enggak berani dipake pelatih saat ini. 

Begitupun Avegers. Para young avengers ini sudah dimunculkan. Sayangnya, seperti Juventus hanya ada 1-2 pemain muda yang muncul bareng Avengers yaitu Spiderman dan Groot. Sisanya dimunculkan dalam serial atau film layar lebar, tapi enggak rame kayak Black Widow. Spiderman ini kalau di Juventus layaknya Chiesa. Sementara Groot seperti De Ligt, dedek-dedek lucu yang tenaganya luar biasa.

4. Kemiripan Karakter 

Baik di Juventus Universe maupun Marvel Cinematic Universe ada karakter yang dimainkan, tanpa disadari mereka memiliki peran yang hampir mirip. Seperti Captain America dan Gianluigi Buffon yang memiliki julukan dari DC yakni Superman, tapi saya anggap saja seperti Captain America. Sempat menjadi kapten, pergi dari Avenger saat Civil War dan balik lagi. Ini seperti perjalanan Buffon dari PSG ke Juventus. Walau akhirnya beneran keluar untuk kembali ke masa lalu berdansa dengan Peggy. Sementara Buffon menari bersama klub masa lalunya Parma.

Lalu ada Iron Man dan Alessandro Del Piero. Kepergiannya sangat ditangisi semua orang. Iron Man adalah pria berhati baja. Ia pun jadi pemimpin dan pembimbing skuad mudanya. Del Piero sendiri sudah kita tahu, kepergiannya membuat haru biru para fans Juventus. 

Sosok terakhir yang memiliki kesamaan, yaitu Hulk dan Leonardo Bonucci. Keduanya kuat dan punya tenaga besar. Namun, ketika Avengers Infinity War, dia enggak menggunakan kekuatannya malah minta bantuan Hulk Buster. Sering blunder karena cara bertahannya yang brutal. Sempat pergi ke luar, sampai akhirnya dia diajak Romanov buat gabung lagi. Proses ini kaya Bonnuci saat pindah ke Milan. Ia diajak gabung lagi oleh Massimiliano Allegri, yang membuat kita bingung apa yang diinginkan Allegri. 

5. Pemimpin yang Hati-Hati 

Suatu perkumpulan akan dapat berjalan dengan baik hingga sampai ke tujuan jika dipimpin seorang yang sangat hati-hati dalam melangkah. Baik Juventus maupun Marvel sangat beruntung dipimpin oleh ndrea Agnelli dan Kevin Feggie. Keduanya, selain memiliki wibawa, juga orang yang sangat hati-hati dalam melangkah. 

Seperti kita ketahui bersama, Agnelli memimpin Juve di saat masa kelamnya. Agnelli yang seorang pebisnis ulung menyulap Juventus menjadi sebuah tim olahraga yang bukan hanya fokus di olahraga. Juve menjadi pionir dalam hal lain dari infrastruktur dan apapun yang bisa menghasilkan uang.

Sementara Kevin Feggie juga mengubah Marvel menjadi lebih segar dari film-film yang bertema superhero lebih ceria dan memiliki tujuan jelas, meski kita kerap dipaksa berpikir tentang teori-teori di film kelanjutannya nanti.

Oh ya, keduanya juga bisa mengubah dunianya masing-masing menjadi lebih fun layaknya tempat bermain. Tentu masih ingat tentang pernyataan Pogba yang pindah atau pulang kembali ke Manchester United. Dia mengungkapkan, kalau dia sudah kembali dari taman bermain, persis seperti Marvel yang dibilang para pecinta superhero Kevin Feggie membuat dunia Marvel jadi layaknya tempat bermain atau theme park. 

Sebenarnya masih banyak lagi kemiripan kedua sosok tersebut. Tapi karena keterbatasan waktu untuk memikirkannya apalagi menuliskannya, terkendala pula dengan otak dan tangan saya yang kurang sinkron, jadi mohon maaf tidak saya bahas lebih lanjut. 

6. Bikin Iri Pesaing 

Juventus dan Marvel selama 10 tahun terakhir sudah memiliki kesuksesan dalam bidangnya masing-masing dan seiring kesuksesan datang, pasti ada saja yang iri akan kesusksesan itu. Di Juventus, kesuksesan selama 10 tahun terakhir bikin pesaingnya seperti Napoli Inter dan Milan. Segala cara dilakukan untuk meruntuhkan kejayaan Juve dalam sepuluh tahun terakhir. Seperti Inter Milan yang merekrut Beppe Marotta di jajaran klub mereka dan cukup berhasil untuk meruntuhkan kejayaan Juve dalam sepuluh tahun terakhir. Ya walaupun sebenarnya tak bisa dimungkiri, Juve sendirilah yang “meruntuhkan” dominasinya. 

Sementara itu di Marvel studios, selama 10 tahun terakhir bisa dibilang mereka sangat sukses dalam cerita Infinity Saga. Situasi ini membuat para pesaingnya cukup gerah. Salah satu pesaingnya juga mengikuti jejak Inter Milan yakni merekrut sutradara dari film Avengers di proyek mereka yakni melanjutkan proses produksi Justice league. Alih-alih ingin meraih kesuksesan seperti di Marvel, sang sutradara malah membuat kecewa fans pesaing Marvel. Selain itu, pesaing Marvel juga mengikuti cara Marvel membuat film, yakni dengan merubah tema filmnya dari yang dark menjadi lebih fun. Hasilnya? Film superhero ini banyak disukai oleh fans mereka dan bahkan fans Marvel pun banyak yang suka. Ya begitulah persamaan antara Juventus Universe dan Marvel Cinematic Universe selama 10 tahun terakhir.

Yang bisa saya dapatkan, keduanya banyak memiliki persamaan dalam mengarungi kompetisi mereka. 

Sebenarnya ada satu lagi persamaan dari keduanya, yaitu diperlukan magis dari seseorang yang bisa dibilang sosok paling bertanggung jawab atas kerusakan timeline di Juventus Universe dan Marvel Cinematic Universe. Jika ada kesempatan, mungkin akan saya tulis lagi.

Fino Alla fine

I’m invincible

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *