Pimpin Juve Cetak 8 Gol, Siapa Marco Landucci?
Juventus mengawali tahun 2022 sebagai tim dengan jumlah gol paling banyak di liga top eropa; 12 gol dari lima pertandingan. Sekilas awam, data tersebut seolah terasa wajar jika hanya dilihat dari keberadaan nama-nama top di deretan penyerang Juve.
“Ah kan ada chiesa…”
“Ya wajar ada Dybala…”
Itu adalah kalimat yang diucapkan tetangga saya yang jarang nonton Juve main, tapi ngaku-ngaku sebagai juventini.
Namun, data tersebut malah terasa aneh bagi Juventini yang sudah senantiasa sabar menonton gaya main Juve, terutama dua musim terakhir yang berbasis back-pass, umpan ke winger dan Bismillah InsyaAllah. Crossing semoga gol adalah jalan ninja yang seringkali dipertontonkan Juve.
Uniknya dari 12 gol yang tercipta tersebut, delapan di antaranya dihasilkan saat Juve bermain di bawah komando asisten Allegri; Marco Landucci. Landucci memimpin laga Juve di dua laga; versus Roma (4-3) dan versus Sampdoria (4-1). Max Allegri yang harus menepi akibat terkena skors, membuatnya harus rela menyaksikan pasukan hitam-putih dari tribun penonton. Efeknya, Landucci lah yang harus bertugas di pinggir lapangan. Pertanyaannya sekarang, siapa itu Landucci? Secara dia tidak setenar asisten-asisten pelatih Juve sebelumnya; let’s say Tudor, Angelo Alessio atau Simone Padoin.
Bagi kalian yang belum begitu mengenal Landucci, beruntung banget kalian baca artikel ini karena disini saya memberitahukannya. Berbekal riset yang mendalam dari laman Wikipedia, saya berhasil mendapatkan fakta bahwa dia lahir di Lucca, Italia pada 25 Maret 1964. Sebelum dia beralih profesi menjadi asisten pelatih, sebelumnya dia adalah seorang pemain sepakbola yang berposisi sebagai kiper!
Landucci aktif bermain dari musim 1981/82 sampai musim 2000/01 dan membela 14 klub sepanjang karirnya, termasuk dua klub tradisional seperti Inter dan Fiorentina. Setelah bermain di hampir 200 pertandingan sepanjang karirnya, seperti kebanyakan pemain tua yang lain, dia memutuskan untuk pensiun.
Sebelum akhirnya berkarir di Juve, tercatat Landucci pernah menjadi asisten pelatih Allegri saat masih menjadi pelatih Cagliari. Kemudian pindah sebagai pelatih kiper di tim kepelatihan AC Milan selama tiga musim (2010 – 2013). Landucci mengikuti langkah Allegri yang memutuskan untuk mengambil tongkat estafet Conte di Juventus dengan naik jabatan menjadi asisten pelatih. Mungkin karena posisi pelatih kiper sudah sangat nyaman dengan Claudio Filippi. Intinya, Landucci adalah orang kesayangan Allegri yang mengikutinya kemanapun ia pergi ciyee ciyee.
Keberhasilan Landucci memimpin Juve bermain atraktif sedikit banyak membawa romansa pada asisten pelatih Juve yang dulu; Massimo Carrera. Sosok pengganti sementara Conte yang terkena sanksi. Carrera adalah yang berani menurunkan Paul Pogba untuk menjalani debutnya saat usianya baru menginjak 19 tahun saat Juve melawan Chievo dan taktiknya mengundang banyak pujian. Sayangnya Carrera tidak berhasil mempertahankan momentum, saat akhirnya berpisah dengan Conte karirnya tidak terasa gaungnya.
Belajar dari kisah Carrera dan Angelo, besar harapan dari saya pribadi supaya Marco Landucci tetap menjadi pembisik Allegri supaya berani meninggalkan pakem unggul 1 gol kemudian bertahan total. Jangan dulu jadi pelatih kepala, Marco!