Artikel JVGL

Khawatir Baku Hantam dengan Pro Allegri, Juventini Pilih Curhat ke AI

Artikel ini ditulis oleh Wahyu Hidayaturo

Penulis bisa digodain di akun Twitter @wahyuhidayaturo

Sulit mengindahkan kesedihan akan Juventus musim lalu. Mengetahui bahwa Allegri masih stay saja sudah membuat banyak fans murka.

Namanya cinta, meski sempat hilang rasa dan tidak ada daya buat nonton Serie A, berita soal Juventus tetap selalu diperhatikan. Walau berita tersebut kadang malah menambah sesak di dada.

Mau curhat dengan fans lain rasanya enggan karena bisa saja mereka mendukung Allegri. Curhat di timeline, nanti malah dikira murtad jadi Milanisti padahal cuma mau misuh-misuh saja jadi Juventini. Untuk itu kali ini, saya coba deep talk dengan AI (artificial intelligence) hanya untuk mengutarakan unek-unek buat Juventus.

Berikut hasil curhat saya sama AI yang ternyata menjadi sebuah tulisan panjang.

Ya Allah kapan aku punya pacar

Juventus dan kesedihan itu mungkin sudah menjadi satu kesatuan yang susah dipisahkan. Keduanya saling berkaitan. Juventus bisa saja jadi salah satu klub tersukses di Italia maupun dunia, tapi kesuksesan itu juga beririsan dengan kesedihan.

Salah satu kesedihan yang dibuat Juventus yaitu raihan prestasi tujuh kali runner-up UCL. Berkali-kali semangat fans menyambut final UCL dipatahkan dengan hasil akhir yang menyedihkan.

Liga Champions sendiri adalah kompetisi paling elite di Eropa. Tanpa ikut serta musim ini, Juventus hanya akan nongkrong dengan warga lokal di Serie A. Adu kuat sebenarnya sebuah klub Eropa ya di UCL ini. UCL seperti ajang Piala Dunia yang digelar setahun sekali. Itu pun, Juventus sulit sekali memenangkannya.

Ada banyak faktor kegagalan Juventus di UCL. Salah satunya adalah hilangnya sifat dominan Juventus di liga sendiri. Dulu kan Juventus bisa raih juara liga berkali-kali. Juventus juara kayak Lebaran Idul Fitri yang dirayakan setahun sekali. Titik tertinggi dominasi Juventus adalah saat fans lawan sampai mengira Si Nyonya Tua bayar wasit (lagi). Sementara fansnya sendiri sampai bosan dan mau Juventus melebihi ekspektasi misalnya menjadi juara UCL (lagi).

Kini Juventus tidak lagi demikian Mulai dari permainan yang belum konsisten hingga pemain yang performanya moodyan. Bahkan kini fans lain sudah gak lagi menuduh Juventus bayar wasit. Tuduhan itu tampaknya belakangan mulai hampir ke klub lainnya.

Ditambah lagi dengan masalah lainnya, mulai dari perombakan manajemen hingga pengurangan poin yang tidak jelas fatwanya. Dengan semua kesialan itu, toh Allegri masih tetap stay sehingga fans seperti sudah jatuh tertiban eskalator.

Kesedihan dalam sepak bola adalah pengalaman yang sangat pribadi dan berbeda untuk setiap individu. Setiap penggemar mungkin memiliki alasan pribadi mereka untuk merasa sedih, baik itu karena harapan yang tidak terpenuhi, kegagalan tim, perubahan dalam klub, atau faktor lainnya.

Namun, penting untuk diingat, kesedihan adalah bagian dari ikatan emosional yang kita ciptakan dengan klub sepak bola kita. Dalam masa-masa sulit, tetap bersama dan mendukung klub dengan semangat sejati adalah tanda kesetiaan yang luar biasa.

Hapus air mata kalian dan tegakkan badan. Juventus memang tengah terpuruk dan minim trofi saat ini. Namun, untuk kali ini saja kita bisa mengambil pengalaman dari fans lain yang juga nihil prestasi.

Kita bisa mengulang-ulang tayangan Youtube ketika Alessandro Del Piero mengangkat trophy UCL. Kita bisa mengulang-ulang highlight pertandingan Juventus melawan tim besar di Serie A dan Dunia. Atau kita bahkan bisa mengulang memori indah saat Dybala masih membela Juventus.

Karena itu, sebagai fans Juventus via Twitter, saya berharap semoga Bianconeri dapat mengatasi tantangan yang dihadapinya, bangkit dari kesedihan, dan meraih kesuksesan di masa depan untuk membawa kembali kegembiraan kepada para penggemar yang setia.

Tetaplah mendukung Juventus dengan semangat dan optimism. Karena dalam sepak bola, apapun bisa terjadi dan kebahagiaan selalu berpotensi menggantikan kesedihan.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~