Artikel JVGL

João Mário: Titisan Alex Sandro Loyalitas seperti Danilo

Jika sepak bola adalah panggung Hollywood maka João Mário tentu bukan tokoh utama. Namun, dia selalu mencuri spotlight di baris kedua. Bek kanan FC Porto yang sering lupa bahwa “kanan” itu posisi, bukan arah politik.

Pria yang sejak zigot ada di Porto dan kini sudah 25 tahun usianya, resmi pindah ke Juventus lewat kesepakatan barter ala VOC. Juventus dan Porto lakukan tukar pemain + cashback €6 juta. Transfer ini ibarat beli bapak-bapak berpengalaman buat jaga warnet, eh ditambahin uang bensin lebih buat belajar coding di Ruang Guru.

João bukan tipikal defender puritan yang hidup demi tekel dan sapuan bola. Di Porto, João Mário sudah seperti bumbu dapur yang tidak tertulis di resep, tapi bisa bikin masakan jadi lebih nendang.

Sekali lari kenceng bukan main. Lari sambil crossing oke, crossing sambil lari juga yahud. Asal jangan suruh balik lagi agak lama kayaknya. Sekenceng itu sampai kalau overlap ke jantung pertahanan lawan suka bablas sampai ke pojok kanan layar VAR.

Statistiknya pun seolah disponsori Google Maps: 3,03 progressive runs per 90 menit, expected assist nyaris 4, dan crossing akurat 30%. Buat seorang bek, ini bukan angka, ini portofolio seorang winger.

Joao memang berevolusi dari winger ke bek sayap fighter. Mirip Gareth Bale versi terbalik, João memang diprogram untuk mengejar striker cepat dan adu lari dengan bek sayap lawan.

Sayangnya, seperti dijelaskan João punya kelemahan: defensifnya kadang ghosting. Kaya Bonucci usia senja yang tiap match selalu dimaki merda sama fans. Dalam duel 1 lawan 1, dia lebih sering jadi pengamat netral ketimbang peserta.

Kadang tekelnya telat jadinya kayak kasih support moral lawan dari jauh. Kelewat estetik buat urusan tackle, katanya. Namun bagusnya tidak seperti tekel fun foootbal Indonesia tempo hari yang angkat kaki tinggi kaya animasi Tsubasa.

Juventus sebenarnya tahu. Untuk bertahan di Serie A, ia butuh pemain serba bisa. Bek kanan yang juga bisa jadi pelayan serangan, plus bisa disuruh jadi pelari estafet kalau diperlukan. João Mário pilihan yang pas. Dia bukan hanya pemain bola, dia Luis Nani yang lari ke depan dan jaga jantung pertahanan.

Kepindahannya ke Turin juga sangat cepat, kaya orang kaya belanja di ruko full kaca dan full Air Conditioner di mall gemerlap. Vini, Vidi, Vici, datang, buka etalase lalu pulang. Juventus rekrut João dan tuker Alberto Costa dan masih kembali €6 juta dari Porto.

Ini bukan sekadar transfer, ini kayak beli nasi kebuli dikasih daging guling sekalian. Comolli tersenyum, Porto juga gak merasa rugi. João siap buka lembaran baru di Negeri Pasta sambil bilang, “Permisi, Turin, sisi mana yang mau saya ratakan kanda?”

Tapi gaya transfer ini gak asing, ada Pjanic+Arthur atau paling baru Cancelo+Danilo yang sampai sekarang masih bikin musang ekor sembilan fans keluar tiba-tiba. Meskipun kini aibnya ditutup transfer Kelly dan jual Huijsen. Luka kepergihan Cancelo nampaknya masih sangat dalam bagi Juventus.

Lalu? Apakah João Mário akan sukses di Juventus? Atau dia akan terus jadi bek kanan yang hidup di garis depan? Satu yang pasti: nonton dia main, fans berharap build up serangan minimal 20 kali dimulai dari kakinya. Tapi bayangin aja dulu karena ujung tombaknya sampai sekarang juga gak tau siapa.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~