Bus Tua Itu Bernama Juventus!
Juventus menderita kekalahan 2-1 dari rivalnya Inter Milan dalam pertandingan Piala Super Italia 2022. Pertandingan tersebut berakhir dengan dramatis. Gol kemenangan Inter Milan dicetak di menit terakhir babak perpanjangan waktu, lewat kesalahan dari Alex Sandro pula.
Rino Ari Restunu
Kekalahan ini membuat salah satu trofi yang bisa diraih Juventus melayang. Meski begitu, Juventus memang saat ini masih berkompetisi di Liga Champions dan Coppa Italia. Sementara di Serie A, hingga giornata 21 masih tercecer di urutan 5, tertinggal 11 angka dari pemimpin klasemen.
Sebagai penggemar Juventus tentu saja kita berharap Juve akan dapat melaju sejauh mungkin di babak Liga Champions. Begitu pula dengan Coppa Italia, yang masih terbuka lebar untuk dimenangi.
Tapi, ibarat orang sedang melakukan perjalanan jauh naik bus, Juve saat ini naik bus yang lumayan tua, sering mogok, ban sering kempes, mesin bermasalah, dan sopir yg tidak menguasai medan. Kira-kira seperti itulah laju Juventus saat ini mengarungi kompetisi domestik di Seri A dan Eropa.
Masalah yang menimpa Juventus saat ini menjadi persoalan klasik yang dialami selama beberapa musim belakangan. Adapun sedikit pandangan dari saya dari mata seorang Juventini :
- Skuad rentan cedera
Paulo Dybala, Aaron Ramsey, dan Federico Chiesa. Tiga pemain rupawan ini cukup akrab dengan ruang perawatan, walaupun nama di tengah tampak salah jika ditaruh di situ. Ketika balapan menuju akhir liga makin ketat, absensi karena cedera sangat menggerogoti kans tim melaju jauh di setiap kompetisi yang diikuti.
- Romansa pelatih masa lalu
Massimiliano Allegri pergi dengan nama yang bisa dibilang menjulang saat meninggalkan Juventus beberapa musim lalu. Kini, ia pun datang kembali. Namun, tampaknya tak ada ide-ide baru dari taktiknya selama 2 tahun menganggur. Entahlah apa yang beliau pikirkan selama masa rehat dua tahun. Penyakit-penyakit backpass tampak sedikit berkurang, tapi inisiatif untuk membunuh laga secara cepat masih jauh panggang dari api.
- Gaji besar minim kontribusi
Tidak hanya “membebani” tim di level neraca keuangan, aspek psikologis untuk kasus ini bisa saja berantai dan tertumpuk. Bayangkan, pemain-pemain seperti Adrien Rabiot dan Ramsey (lagi) lebih meledak sebagai bahan troll di media sosial dibandingkan berbicara di lapangan. Kecemburuan sosial dari sesama kawan di skuat itu pasti ada dan rentan membuat kondisi kurang harmonis.
- Grinta menghilang
Ini bisa saja dikulik lewat statistik, tapi mata telanjang bisa menangkapnya dengan jelas asal kuat nonton satu laga penuh, kok. Bagaimana gelandang kita sering melongo ketika lawan menyerang dengan spartan, atau rona muka yang lesu-padam saat posisi tertinggal. Ada apa ini? Haruskah Del Piero turun gunung melatih tim utama kita?!
Memang tidak semua yg saya tulis diatas semuanya benar tapi itu hanya murni pandangan dari seorang penggemar belaka. Semua itu bermuara pada satu tujuan yaitu hanya ingin melihat Juventus yang dulu saat mental grinta itu tetap melekat erat pada klub yg bejuluk si Nyonya Tua ini.
Akhirnya harapan utama terhadap Juventus mengarungi musim 2021/2022 ini hanya ingin melihat Si Nyonya Tua melakukan yang terbaik yang mereka bisa, terlepas dari sisi bapuk, butut, dan tuanya bus yang Juve pakai untuk melakukan perjalanan itu.