Artikel JVGL

Transfer Juventus, Mana yang Serius?

JUVENTUS tengah bertransformasi. Hilangnya juru dagang di klub serta datangnya CEO anyar membuat I Bianconeri harus cepat beradaptasi. Kalimat awal ini merupakan pembuka yang umum dari semua jenis artikel. Biasanya kan menggunakan kalimat “manusia adalah makhluk sosial” atau “Indonesia adalah negara hukum”, tapi sayangnya ini Juventus. Masa dibuat “Juventus adalah badut Eropa”.

Juventus seperti dijelaskan sebelumnya, tengah membangun kabinet baru, fondasi rezim kejayaan dua musim ke belakang pelan-pelan sirna, dipugar dari mula seakan menolak kejayaan tiga periode.

Siapa sangka, Juventus dua tahun lalu berbeda dengan tahun ini. Jangankan setahun berlalu, dua bulan yang lalu saja Juventus kerap diledek dengan sebutan “Congratulation Club” karena hobinya nge-tweet soal ucapan selamat ke klub yang meraih trophy.

Kini Juventus melepas julukannya itu dan berganti jadi julukan menjadi “Thank You Club” karena lepasnya beberapa pemain dan mayoritas adalah karena kontraknya habis. Feed Instagram klub jadi penuh sama gambar pemain yang berpisah dengan klub.

Pergi satu demi satu, tanpa belum diketahui siapakah kelak penggantinya. Tapi yang jelas, ketika tulisan ini diketik, CEO Juventus berkata akan mengikutsertakan Allegri untuk memilih skuadnya musim depan.

Bagi fans, maksud CEO untuk mengikutsertakan pelatih dalam transfer window ini ya pelatihnya ikut dijual. Sayangnya, fans dan manajemen beda keyakinan. Kita yakin dia bobrok, tapi manajemen yakin Allegri akan membawa hasil maksimal. Dari sini akan kelihatan bahwa hubungan beda keyakinan bisa saja terjalin indah, cie curhat.

Bayangkan saja bagaimana pelatih ini memilih pemain untuk dibeli klub. Toh, Allegri saat match saja secara yakin memainkan Kean di saat Juventus sedang buntu dan butuh gol. Seakan dia yakin pemain tersebut sangat buas di kotak penalti lawan.

Namun, satu yang sudah jelas hilalnya adalah Pogba dan Di Maria. Dua pemain ini memang diinginkan Allegri, persis seperti jajaran pemainnya saat main Master League PS2.

Khusus Di Maria, negosiasinya lama banget. Padahal, tawaran kontraknya cuma setahun saja. Ini kalau berlarut-larut bisa jadi Juventus jadi klub pertama yang negosiasinya sama jumlah kontrak pemainnya, lebih lama waktu negonya. Lumayan dong, klub kesayangan akhirnya punya prestasi lagi di rezim miskin gelar ini.

Juventini layaknya fans rival beberapa musim belakangan. Nihil gelar sehingga berita baik yang patut dibanggakan hanya keberhasilan klub menggaet pemain baru. Sayangnya bagi Juve, pemain barunya enggak benar-benar baru. Ada Pogba yang pernah berseragam Juventus.

Si Di Maria memang baru pertama kali bermain untuk Juventus. Namun, usianya juga sudah “tidak baru” lagi, usianya bahkan hampir seumuran Arema FC. Tapi, ditunggu juga aksi Di Maria nanti di Juventus, semoga tak seperti namanya yang “Angel” nyetel sama jalan taktik Allegri.

Ini tentu jadi salah satu berita baik di Juventus karena di akhir musim ini memang jadi puncak kesedihan Juventini. Bagaimana tidak, kapten pergi, beberapa pemain pergi. Chiellini beli J-Co dua lusin buat teman-teman di kantornya, Dybala ikut nebeng di situ. Sedangkan Fede memilih izin enggak masuk (alasannya interview di kantor lain).

Berita terakhir, remaja kebanggaan Turin pun dikabarkan ingin hijrah ke London. Ya, De Ligt mengabari manajemen Juventus bahwa dia ingin segera pindah ke klub lain. Tidak seperti anak muda lainnya, De Ligt justru enggan mengikuti seleksi CPNS layaknya impian orang tuanya dan kemauan calon mertuanya.

London memang menarik sekali. Selain ada Harry Potter, One Direction, di sana juga Taxi London yang terkenal itu. Anak muda seperti De Ligt pastinya ingin sekali mencicipi Liga Inggris. Di sana dia bisa belajar dari beberapa bek hebat seperti Harry Maguire. Sekaligus, di sana juga jadi tempat yang paling tepat untuk melancarkan kemampuan Bahasa Inggrisnya.

Sementara Rugani bisa sedikit berbangga karena dia jadi satu-satunya bek Juventus yang punya rambut pirang dan sisirannya belah pinggir. Namun, dari beberapa pemain yang pergi ini, fans tentu berharap banyak pada klub. Jika memang benar mau membuat revolusi atau perubahan, sebaiknya lakukan pada semua lini, terlebih pemain.

Misalnya manajemen bisa melepas pemain dengan gaji tinggi, tapi tidak punya taji. Kemudian juga melepas pemain yang berumur dan kinerjanya kayak orang nganggur. Jangan malah pemain seperti itu dibudidayakan dan dibiarkan bikin sarang.

Ganti dengan berbagai pemain muda Juventini yang memiliki prospek jelas. Mereka memang minim pengalaman. Namun, layaknya berlian ketika sering dipoles, sudah pasti makin mengilap.

Sayangnya bagi Allegri, pepatah yang dianutnya berbeda. Berlian yang sering diasah bisa jadi hilang di jalan, jatoh, atau bahkan lupa naronya. Tapi, penulis yakin jika Juventus berani memainkan 80 persen pemain muda di klub utama, niscaya musim depan klasemen kita di bawah Fiorentina. Musim depan Juventus kaya raya karena pemain mudanya diminati Bayern Muenchen, Real Madrid, hingga Anzhi Makhachkala.

Patut ditunggu bagaimana Juventus bergerak di bursa transfer musim ini. Namun, dari teaser transfer pemain yang akan dilakukan, Juventus tampaknya hanya akan membeli kurang dari 5 pemain baru. Sehingga awal musim nanti, Juventus berubah dari klub Thank You menjadi klub Welcome.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *