Artikel JVGL

Benci Untuk Mencinta David Trezeguet

Trezegol

Pada awal 2000-an, Juventus seperti memiliki kebiasaan unik dengan mendatangkan pemain yang berperan menghentikan langkah langkah timnas Italia di kancah Piala Eropa.

Pada 2004, Bianconeri memboyong Zlatan Ibrahimovic dari Ajax Amsterdam. Ibra merupakan pencetak gol penyama kedudukan dalam laga Grup C Piala Eropa 2004 antara Italia vs Swedia yang berkesudahan 1-1. Hasil tersebut turut berpengaruh dalam ketidaklolosan skuad asuhan Giovanni Trapattoni dari babak Grup C.

Mundur jauh ke belakang, tepatnya pada Piala Eropa 1996, ada sosok Pavel Nedved yang menjadi salah satu aktor kemenangan Republik Ceko atas Italia di Piala Eropa 1996, lagi-lagi di fase Grup C. Gol Nedved dan Radek Bejbl hanya mampu dibalas sekali oleh Enrico Chiesa. Kekalahan 1-2 dari Ceko akhirnya berimbas terlemparnya pasukan Arrigo Sacchi dari perjalanan mereka di Piala Eropa 1996.

Usai pagelaran Euro 1996, Nedved hijrah ke Lazio. The Czech Cannon baru bergabung ke Juventus pada musim 2001/02, bersamaan dengan hengkangnya Zinedine Zidane ke Real Madrid di musim yang sama.

Namun, di antara Ibra dan Nedved, barangkali nama David Trezeguet yang paling mencuat di benak penggemar Italia dan Juventus. Pada Final Euro 2000, Gli Azzurri berjumpa Prancis. Italia unggul duluan lewat sontekan Marco Delvecchio. Gelar juara yang sudah di depan mata harus sirna lantaran gol Sylvain Wiltord di detik-detik akhir pertandingan. Berlanjut ke babak extra time, golden goal Trezeguet mematahkan hati pendukung Italia. Serdadu Dino Zoff tunduk lewat cara yang menyesakkan.
Sebelum golden goal-nya ke gawang Francecsco Toldo, Trezeguet sudah sepakat pindah ke Juventus. Entah apa yang ada di benak pria kelahiran Rouen ini ketika menjejakkan kaki di Turin. Apakah ada perasaan tidak enak hati atau malah biasa saja.

Trezeguet juga dihadapkan situasi saat masih bercokolnya duet Del Piero-Inzaghi di barisan depan Si Nyonya Tua. Belum lagi rumor perebutan nomor punggung 9 dengan Filippo Inzaghi saat itu. Entah benar atau tidak rumor tersebut, akhirnya Trezeguet memilih nomor punggung 17 sampai akhir kariernya di Juve.

Di tahun pertama, Trezeguet membukukan 14 gol dari 25 penampilan di Serie A. Catatan yang bagus untuk “musuh” Italia pada saat itu. Selang semusim kemudian, sepeninggal Inzaghi yang hengkang ke AC Milan, Trezeguet menjadi tumpuan utama di depan bersama Alessandro Del Piero. Duet ini mengantarkan gelar Scudetto untuk Juventus. Trezeguet menutup musim dengan gelar capocannoniere bersama Dario Hubner dengan sama-sama mengoleksi 24 gol.

Lewat sumbangsihnya, secara perlahan ia menjadi pujaan baru rakyat Turin. Barangkali orang-orang yang tadinya masih sakit hati gara-gara golnya di final Piala Eropa 2000 kini sudah mulai bisa menerima dan memujanya.

Belum lama menjadi bintang baru, Trezeguet kembali dipertemukan pada situasi untuk dibenci lagi. Ia gagal menunaikan tugas sebagai algojo penalti dalam kekalahan Juve dari AC Milan di babak tos-tosan pada final liga champions 2003, kendati Trezeguet bukan satu-satunya pemain Juventus yang gagal pada saat itu.

Trezeguet konsisten menjadi andalan di lini penyerangan Juve, termasuk saat kedatangan Ibra. Ketika Juventus dipaksa turun ke Serie B lantaran kasus Calciopoli, Trezeguet tetap bertahan di tim bersama Gianluigi Buffon, Nedved, Mauro Camoranesi, dan Del Piero. Kesetiaan yang ditunjukkan membuat sosoknya yang mungkin awalnya sempat dibenci berubah menjadi dicintai. Apalagi pada final Piala Dunia 2006 ia seperti ingin “menebus dosa” kepada Italia atas golden goalnya di final Piala Eropa silam. Trezeguet menjadi satu-satunya penendang yang tidak berhasil dalam drama adu penalti yang dimenangkan oleh Gli Azzurri dengan skor 5-3.

Setelah membawa Juve kembali ke Serie A setahun setelah didegradasi, musim 2009/10 menjadi musim terakhir Trezeguet berbaju hitam putih. Selama 10 tahun membela Juventus, Trezeguet melesakkan 171 gol dari 320 laga di lintas ajang. Ia tercatat sebagai pemain asing tersubur yang pernah dimiliki Juve.

Bila dilihat dari gaya mainnya, Trezeguet bukanlah striker yang dianugerahi skill menawan seperti Del Piero misalnya. Jarang sekali kita melihat Trezeguet berlama-lama membawa bola melewati hadangan lawan lewat gocekan. Ketika menerima bola, ia biasanya dengan cepat mengoper bola ke rekan setimnya. Ia lalu mencari ruang untuk kemudian menyambut umpan dari kawan-kawannya.

Trezeguet adalah salah satu pemain depan yang mempunyai naluri gol yang tinggi. Begitu dapat bola di depan, ia tak segan-segan untuk langsung menyelesaikannya tanpa ampun. Lewat permainannya yang simpel namun mematikan, tidak mengherankan banyak gol yang diciptakan pemain berjuluk Trezegol ini. Trezeguet masih berada di urutan keempat dalam daftar pencetak gol terbanyak Juventus sepanjang masa.

Jadi, kalian masuk tim yang benci atau cinta Trezeguet?

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *