Artikel JVGL

Stadion Kita Gak Ngontrak, tapi Dybala, Rabiot, dan Chiesa Pergi Gara-Gara Kontrak

Penulis : Arief Hidayat

Dalam dingin senja Kota Turin, sebuah babak kelam mencuat dari bayang-bayang harapan. Sepak bola, yang seharusnya menjadi panggung gemilang bagi para pahlawan, berubah menjadi panggung drama tragis yang tak seorang pun ingin saksikan. Di sudut gelap Juventus, tiga sosok yang pernah menjadi napas klub, yaitu Paulo Dybala, Adrien Rabiot, dan Federico Chiesa harus berjalan pergi. Bukan karena mereka ingin, tapi karena waktu dan takdir tak lagi berpihak. Masalah kontrak menjadi duri yang tak terhindarkan, memaksa perpisahan yang tak diinginkan.

Kontrak Dybala dan Perpisahan yang Menyakitkan

Dybala, si permata yang bersinar di setiap tikungan lapangan, jauh sudah tak lagi menjadi bintang Si Nyonya Tua. La Joya panggilannya, kini rela hidup bersama koloni Serigala herbivora. Berlian yang bersinar di Juventus itu memilih hijrah dan hiatus dari kamp latihan Juventus.

Remaja tua yang kala itu doyan sekali goyang bergerilya di media sosial batal selamanya di Juve dan menjadi legenda. Fans berpikir hubungannya dengan seleb TikTok itu jauh lebih pendek dari hubungannya dengan Juventus. Namun, semua ternyata salah karena agen Dybala saat itu nyatanya kurang becus. Kontrak Dybala habis di ufuk mata. Alih-alih memperpanjang laga bersama, agen La Joya malah minta gaji naik jadi 12 juta.

Juventus tampak berat apalagi performa Dybala tengah menurun, striker satu ini tampaknya lebih sering mengejar FYP ketimbang gol home maupun away. Juventus akhirnya menawarkan 9 juta saja, namun sang agen enggan menurunkan permintaan dan menarik kembali tawaran perpanjangan kontrak. Semua seakan terlambat bagi Dybala. Saat sang agen luluh dan mau menurunkan tawaran jadi 10 juta euro per musim, tapi manajemen klub sudah males untuk membuka laci duitnya.

Dybala menangis di laga terakhirnya. Semua orang berharap ada perpisahan yang layak, minimal mentraktir pizza. Sang agen yakin banyak banget klub yang meminati Dybala dan mau membayarnya minimal 12 juta euro per musim. Sayangnya, itu hanya menjadi harapan kosong. Dybala sepi peminat. Hanya Serigala Ibu Kota yang jarang banget juara menjadi peminatnya. Dybala akhirnya pindah ke Roma dan menerima gaji hanya 3,8 juta euro per musim. Namun, dalam kontraknya itu ada klausul menarik yakni Dybala mendapatkan gaji 6 juta euro per musim di Roma jika klub tersebut menolak klub lain yang bersedia membayar release clause La Joya. (Fabrizio Romano)

(Ilustrasi/X/@burung_kondor)

Kisah nyata bahwa kontrak Dybala menjadi duri dalam hubungan ini dan masalah perpanjangan itu menghantam kariernya. Juventus tak lagi memberi ruang bagi Dybala untuk bertahan, memaksanya mencari rumah baru yang membutuhkan jasa kaki kirinya.

Chiesa Pergi Tidak Meninggalkan Sisa

Nama Federico Chiesa pernah dianggap pahlawan masa depan Turin. Klub dan fans punya banyak asa untuk anak legenda Serie A itu. Sayangnya, masalah kontrak pun menjadi rem yang pakem untuk membuatnya tak bisa berlari lagi dengan seragam I Bianconeri. Dribel fantastisnya tidak akan lagi terlihat di Juventus Stadium ketika menjamu lawan.

Thiago Motta, pelatih baru Juventus, juga jadi polisi skema. Chiesa gagal main untuk kesekian kalinya karena razia skema. Menurut Motta, Chiesa kurang terpakai di rezimnya. Belum lagi portofolionya yang sering cedera, sering izin karena sakit, hingga performa yang sering menurun. Umurnya masih cukup muda yakni 26 tahun, meskipun menurut HRD lowongan kerja, umur segitu sudah dianggap renta untuk pekerja lulusan sarjana. Namun, itu tidak berlaku di mata Liverpool.

Chiesa resmi menerima pinangan Liverpool dengan biaya transfer 15 juta euro. Fakta ini menyakitkan karena harganya lebih murah dari biaya Moise Kean ke Fiorentina. Tapi jika dihitung-hitung, Juventus belum rugi. Transfer Chiesa ke Juventus menelan biaya sekitar €55 juta, yang terdiri dari biaya pinjaman dua tahun (2020-2022) sebesar €10 juta dan tambahan €45 juta yang dibayarkan kepada Fiorentina selama tiga tahun. Artinya, sisa jumlah yang diamortisasi pada neraca adalah sekitar €15 juta. Akibatnya, jika Juventus menjual Chiesa seharga setidaknya €25 juta, mereka masih akan mencapai keuntungan modal sebesar €10 juta.

Pria yang menjadi pahlawan Italia pada Euro 2020 itu sempat ditaksir dengan harga 100 juta euro. Namun, performanya kemudian menurun dan Juventus juga gak hebat-hebat banget di Serie A. Trofi liga gak ada, paling Coppa Italia saja yang pernah dia rasakan.

Rabiot Nganggur, Nyesal Pilih Out?

Adrien Rabiot adalah nama terakhir. Seakan ketiganya terkutuk karena berani minta gaji tinggi sehingga mereka terusir. Pria Perancis ini pernah jadi jangkar kokoh dan lumbung gol bagi Juventus.

Ia menampilkan performanya yang terbalik. Saat awal direkrut hingga beberapa musim, penampilan Rabiot sering bikin fans kesal. Fans justru harus menunggu Rabiot saat kontraknya akan berakhir untuk melihat pria gondrong itu bisa perform.

Saat kontrak mau habis, ia bermain bengis. Jadi pemain tengah terbaik di Serie A musim itu. Menjadi salah satu pemain terbaik Juventus di tengah deadwood dalam klub. Perpanjang setahun dengan gaji yang sama adalah ganjaran tepat baginya yang baru menunjukan aksi mahalnya selevel dengan gaji mahalnya. Namun sayang, ketika klub ingin masa baktinya diperpanjang lagi, Mama sekaligus agen Rabiot mematok harga tinggi. Baginya, anaknya harus punya gaji lebih tinggi, jadi ketika nanti menikah bisa mengajak sang istri naik jet pribadi.

Mama Rabiot memang terlalu mendikte masa depan Rabiot yang juga satu-satunya klien dia. Bayangkan saja Mama Rabiot meminta gaji bersih 10 juta euro per musim dengan bonus tanda tangan sebesar 15 juta euro sebagai komisi agen dan ditambah request rumah mewah. Juventus sendiri gak nanggepin permintaan aneh itu. Juventus hanya berani menawarkan gaji 7 juta euro per musim + bonus.

Mama Rabiot yakin banget akan ada banyak klub Liga Inggris yang mau menerima tawaran itu. Sayangnya hingga tulisan ini dibuat, Rabiot masih nganggur. Lalu datanglah klub miskin Milan yang mencoba merekrut Rabiot secara gratis dan menawarkan gaji 5,5 juta euro per musim.

Tawaran lainnya kabarnya datang dari Galatasaray dan klub di Arab Saudi, tapi ditolak juga. Kini Rabiot berisiko menghabiskan satu musim tanpa memiliki klub. Tentu bisa saja jika terlalu lama menganggur, nilai tawar gaji Rabiot yang dipatok mamanya akan semakin menurun.

Kini Juventus telah melepas ketiganya dengan ikhlas. Namun, masih saja ada fans yang memaki seakan klub tidak becus memperhatikan pemain. Padahal ya klub lebih besar dari pemain. JVGL saja bisa lanjut berjalan meskipun dua kali ditinggal kepalanya. Satu menghilang dari muka bumi, satu lagi menghilang karena ingin lebih membumi. Dengan skuat tersisa JVGL masih saja berkarya, dan semoga makin panjang umurnya.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~