Artikel JVGL

Paulo Dybala & Juve Memutuskan Berpisah By-Consent

Perpisahan jadi hal yang lumrah dalam sepakbola kekinian. Menjadi hal yang wajar pula jika pemain pindah dari satu klub ke klub lainnya di tengah sepak bola modern. Motifnya pun beragam. Ada yang ingin mencari tantangan baru, ada yang ingin mengejar karier lebih baik, atau ada pula demi pundi-pundi yang lebih gemuk.

Situasi inilah yang kini dihadapi Juventus dengan pemain nomor 10 andalannya, Paulo Dybala. Dybala dikabarkan tidak memperpanjang kontraknya dengan Si Nyonya Tua pada akhir musim ini. Dengan begitu, berakhir pula kebersamaan 7 tahun antara Juventus dengan Dybala, yang direkrut dari Palermo.

Kabar ini tentunya meninggalkan luka bagi sebagian atau mayoritas fans. Nomor 10 musim depan tak lagi sama, atau bisa jadi malah menghilang begitu saja.

Tak akan ada lagi liukan Dybala dalam mengolah si kulit bundar, tendangan placing yang ke sudut gawang, eksekusi bola-bola mati yang di atas rata-rata, serta kreativitasnya dalam membongkar pertahanan lawan.

Bagaimana pun, Dybala bisa dibilang menjadi salah satu “wajah Juventus” dalam beberapa musim belakangan. Ia menjadi proyek sentral Juventus dalam membangun tim dalam beberapa tahun terakhir.

Tapi, kabar kepergian Dybala pada akhir musim ini bisa dibilang tak datang begitu saja. Tanda-tandanya sudah mulai terlihat saat negosiasi perpanjangan kontrak berjalan. Negosiasi seakan berjalan di tempat sehingga memakan waktu. Seiring waktu, muncul pula isu bahwa ada klub lain yang tertarik menggunakan tenaga pemain berpaspor Argentina tersebut.

Hingga terkini, tawaran gaji menurut laporan Calciomercato sekitar 7 juta Euro plus bonus per musim tak cukup untuk menghadirkan kesepakatan baru antara Juventus-Dybala. Urungnya kesepakatan perpanjangan kontrak tersebut membuat Dybala berstatus free transfer pada akhir musim nanti sehingga bisa menyeleksi tawaran terbaik yang datang kepadanya.

Kepergian Dybala tentunya bisa meninggalkan lubang besar. Ia merupakan striker depan dengan kreativitas tinggi yang sangat membantu tim ketika tengah menemukan jalan buntu. Pemain berjuluk La Joya ini juga memiliki kemampuan mencetak gol baik dari dalam maupun kotak penalti. Keahliannya mencetak gol dari free kick juga menambah komplet skill Dybala.

Namun, Dybala juga bukan pemain yang sempurna. Ia masih memiliki sejumlah kekurangan. Salah satunya seperti kemampuannya untuk unjuk gigi pada pertandingan besar. Tak jarang Dybala yang harusnya menjadi tumpuan utama, tapi tidak dapat menampilkan performa terbaik. Tidak seperti yang striker Juventus sebelumnya, yang mampu menjadi andalan saat big match, seperti Cristiano Ronaldo atau bahkan Mario Mandzukic.

Hal lainnya ada kemampuan bermain dalam sejumlah formasi. Ya, Dybala merupakan seorang second striker. Ia penyerang yang biasa beraksi di sekitar luar kotak penalti, meski ia juga fasih bermain di sekitar area 11 meter.

Inilah yang mungkin sekiranya ia cukup kesulitan untuk menampilkan performa terbaiknya setidaknya pada musim ini. Allegri yang belakangan cukup dominan dengan pola 3 striker membuat Dybala mengisi posisi penyerang kanan. Dengan bermain melebar seperti itu, mantan pemain Palermo itu kesulitan mengeluarkan performa terbaiknya. Sementara untuk posisi penyerang tengah yang sebelumnya diisi Morata, sudah paten ditempati rekrutan anyar Vlahovic.

Selain itu, Dybala belakangan rutin bolak-balik J-Medical. Pada musim ini saja, Dybala telah didera 5 cedera berbeda, mulai dari cedera otot, paha, dan pinggul. Akibat cedera yang silih berganti itu, setidaknya Dybala telah melewatkan 15 pertandingan, termasuk leg pertama melawan Villareal dalam babak 16 besar Liga Champions 2021/2022.

Dengan segala pertimbangan mulai dari pengetatan gaji di Juventus dan posisinya yang sudah tak lagi menjadi poros utama dalam proyek utama Juventus bisa dibilang menjadi alasan Si Nyonya Tua tidak menyodorkan kontrak sebagaimana keinginan sang bintang. Belum lagi dengan kondisi fisiknya yang kerap cedera dan formasi tim yang membuatnya kesulitan mengeluarkan performa terbaiknya.

Perpisahan ini siapa tahu menjadi jawaban terbaik bagi kedua pihak. Di satu sisi Juventus bisa menekan bugdet gaji, sementara Dybala dapat memilah-milah tawaran klub lain yang lebih menggiurkan di usianya yang menginjak ke-28, sekaligus mencari tantangan baru.

Namun, bagaimanapun juga, kontribusi La Joya selama 7 musim berseragam hitam putih tak dapat ditepiskan. Dalam periode tersebut, ia membantu Juventus merengkuh 5 Scudetto, 4 Coppa Italia, dan 3 Supper Coppa Italia.

Selain itu, Dybala pun telah meninggalkan catatan bersejarah dalam lembaran klub. Ya, ia masuk dalam daftar pencetak gol terbanyak Juventus sepanjang masa. Hingga artikel ini ditulis, Dybala telah mengoleksi 113 gol selama berseragam Juventus di seluruh kompetisi. Ia menempati urutan 11 pencetak gol terbanyak bagi Juventus. Dengan sisa 8 pertandingan di Serie A dan Coppa Italia, bukan tak mungkin ia bisa melewati catatan Roberto Baggio dengan 115 gol (urutan 9) dan Federico Munerati dengan 114 gol.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *