Artikel JVGL

Denis Zakaria, dari Bundesliga untuk Beauty Serie A

Denis Zakaria Juve

Transfer Denis Zakaria ke Juventus membawa angin sejuk nostalgia yang sudah lama tertiup dalam sanubari klub yang bermarkas di Turin ini.

Meski penulis bukanlah ahli sejarah (bukan yang suka bahwa sejarah trophy yang dari jaman dia zigot sampai tua bangkot), namun jelas bahwa Juventus dan Bundesliga memiliki jalinan tali kasih yang baik.

Hal ini coba diulang JUVENTUS dengan kembali mencoba peruntungan lewat rekrutan barunya yang berasal dari Bundesliga, tepatnya dari Borussia Mönchengladbach.

Seperti halnya kesetian mas Aris di film Black Hawk Down, tranfer pemain dari Bundesliga bukanlah kali pertama dilakukan I Bianconerri.

Sebut saja Diego Ribas yang wajahnya seperti Van Nistelrooy namun tampil letoy di akhir musim, lalu ada yang sukses juga seperti Andrea Barzagli, Arturo Vidal, hingga Weston Mckennie.

Dari semua nama tersebut, Zakaria memang sedikit menarik karena kedatangannya langsung berimbas pada lengsernya rezim Bentancur di Juventus dan kini mencoba peruntungan di Totenham Horspurs.

Di media sendiri, Zakaria disebut sebagai jelmaan Patrick Viera dan media Inggris yang lagi sibuk bully Greenwood bahkan menyebut Bentancur sebagai Pirlo dari Uruguay. Seperti media Indonesia yang sempat menyebut Ellie Aiboy sebagai Thiery Henry Indonesia.

Namun, dari datangnya Zakaria muncul secercah harapan serta ekspektasi banyak Juventini.
Hal ini karena melihat statistik yang ada, serta komentar beberapa mantan pelatih Zakaria pernah memoles Zakaria.

Semoga saja, dengan hadirnya Zakaria di lini tengah Juventus, (saya ingatkan untuk mengambil napas panjang saat baca paragraf ini) akan membuat lini tengah kembali gahar seperti dahulu kala di mana selalu ada gelandang “bertenaga kuda” yang siap berlari mengejar bola, merebut saat kehilangan bola dan tidak sungkan untuk menjegal lawan lalu pantang pulang kebelakang/mundur sebelum bola keluar lapangan (bentar lagi sampai titik, ayo semangat) atau pantang naik sebelum bola benar-benar meninggalkan lini belakang.

Dua puluh delapan atau 28 adalah nomor punggung yang akan dikenakan Zakaria, menarik karena pemilik sebelumnya terbilang agak menarik perhatian, sebut saja Fabio Canavaro, Diego Ribas, dan teranyar adalah Merih Demiral.

Selain itu, mengingat Zakaria adalah seorang warga negara Swiss (entah Pemain Swiss keberapa) jadi harapan Juventini adalah dia bisa mewarisi kecintaan kami terhadap Licshteiner.

Zakaria adalah Zakaria, bukan upgrade Bentancur tentunya, semoga tercipta keharmonisan di lapangan dan langgeng, ketika berduet dengan Locatelli.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *