Artikel JVGL

Chiesa Pergi, di Liverpool Kini Ia Berlari

Penulis : Arief Hidayat

Chiesa pergi meninggalkan I Bianconeri dan rezim Fede kembali dipaksa pergi setelah Federico Bernardeschi juga punya pengalaman yang sama. Tapi, pahamilah bahwa dalam narasi sepak bola yang terus bergulir meski saat perayaan Lebaran dan Natal, selalu ada kisah yang tidak hanya merobek jiwa sangat dalam.

Salah satunya adalah berita bahwa Chiesa pergi dari Juventus. Ini seakan menjadi sebuah tragedi yang tak akan pernah mudah diterima para tifosi. Federico Chiesa, sosok yang dulu dielu-elukan sebagai masa depan Juventus, kini terpaksa merengkuh nasib pahit yang tak pernah dibayangkannya. Dengan langkah yang menyayat hati, Chiesa terpaksa meninggalkan Turin, minggat tidak hanya untuk berbulan madu.

Oh ya, dalam artikel ini akan ada beberapa judul lagu Oasis yang coba paduka masukin, agak maksa memang, tapi keren aja gitu bikin terobosan baru.

Dalam postingan terkini, Chiesa merasa seakan terusir, meski telah berlari sebegitu jauhnya untuk menggendong Juventus di bawah asuhan Allegri. Chiesa pergi bukan karena performa buruk, tetapi hanya karena ia tak lagi cocok dengan rencana sang pelatih serta Juventus yang ingin menurunkan beban gaji sembari menambah pundi-pundi ketimbang dilepas secara cuma-cuma.

Alih-alih dijadikan jimat paling sahih, Thiago Motta malah belanja sayap dengan performa tinggi nan gigih. Seakan dapur yang sudah penuh akan masakan khas dari istri, berpeluh seharian di dekat tungku untuk membuat panganan enak, namun Motta memilih memasak indomie. Istri mana yang tak lepas kendali.

(Ilustrasi/X/@burung_kondor)

Giuntoli tampak semangat sekali cuci gudang pemain Juventus hingga ia sisir ke semua lini. Pemain muda dilego kanan kiri, pemain tua dilepas gitu aja hingga Szczesny memilih pensiun dini, dan Rabiot jadi pesepakbola nganggur resmi. PHK memang tengah tinggi di rezim ini yakni klaim pertumbuhan ekonomi meningkat, tapi angka bapak-bapak bikin kecewa istri karena kehilangan tempat cari rizki juga meningkat. Tentu saja istri Rizki tidak demikian. Pria yang ngaku Drughi tapi jarang nonton Liga Itali ini masih awet kerja di BNI.

Lanjut, Chiesa bagi Motta mungkin hanyalah sekeping puzzle yang tak lagi sesuai dengan gambaran besar yang dimilikinya. Lalu apa yang kini tersisa untuk para tifosi? Sebuah rasa sakit yang tak terobati, sebuah kehilangan yang tak akan pernah terisi. Kita terpaksa menyaksikan Chiesa pergi. Padahal baru saja menikah, tapi malah kena pengurangan karyawan di perusahaan yang ia cintai.

Di bawah langit kelabu Turin, kita teringat masa-masa indah ketika Chiesa masih menjadi bagian dari kita. Ketika ia berlari mengusahakan gol di setiap match seperti sang ayah cari pemasukan lebih. Namun, semua itu kini tinggal kenangan. Pemain ”Wonderwall” kita telah hancur. Rezim baru ini lebih senang oke gas dan membangun ulang I Bianconeri. Artinya manajemen lebih memilih mengejar mimpi-mimpi baru, yang bagi mereka lebih cerah dan menjanjikan. Namun, harga dari mimpi-mimpi itu adalah menghancurkan mimpi Chiesa yang ngarep gaji tinggi dan mengenakan nomor 10 lalu melegenda seperti Bonucci.

Klub barunya, si burung Phoenix mungkin butuh bantuan kaki-kaki Chiesa. Seperti diketahui Zebra kakinya empat, burung Flaminggo kakinya 2. Makanya kaki Chiesa akan sangat diperlukan jadi penopang. Tapi kepindahannya ke Inggris seakan membuat hati kita terbelah, antara ingin sekali melihatnya sukses di tempat baru, tapi karena ia harus pergi buru-buru.

“Champagne Supernova” sebuah kilatan terakhir dari apa yang pernah kita miliki, sebuah puncak yang kini terasa begitu jauh. Juventus kini bukan lagi tim yang kita kenal. Mereka telah berubah, membangun ulang dari dasar, tanpa peduli berapa banyak hati yang mereka hancurkan dalam prosesnya. Dan Chiesa, yang seharusnya menjadi bagian dari masa depan itu, kini hanyalah kenangan pahit, terlupakan dalam rezim yang mengusung “kemajuan”
.

Kita mungkin akan terus merindukan masa-masa ketika ia masih bersama kita, ketika ia masih menjadi bagian dari keluarga besar Juventus. Namun, itu semua telah berakhir. “Live Forever”? Mungkin tidak untuk Chiesa, mungkin tidak untuk kita yang masih terpaku pada bayangan masa lalu.

Federico Chiesa kini adalah bagian dari sejarah Juventus yang takkan terlupakan, tetapi juga kemungkinan besar tak lagi akan terulang. Chiesa pergi, membawa serta bagian dari hati kita, menuju tempat yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dan kita, yang ditinggalkan, hanya bisa menatapnya dari kejauhan, dengan rasa sesal yang tak berujung. “Slide Away,” mereka bilang. Tapi bagaimana bisa, ketika yang hilang adalah bagian dari diri kita sendiri?

Tapi ini semua curang karena kalian sebegitu sayangnya dengan Chiesa, pernahkah kalian segalau ini ketika Eljero Elia pergi? Cuadrado pergi dan pindah main di jamban atau betapa terpukulnya kalian melihat Alex Sandro pergi dengan banyak gelar dan menit bermain yang jauh lebih besar dari Chiesa.

Pastinya fans boleh bersedih, tapi level ini tidak selamanya buruk. Kita pernah di fase main di Serie B dan Juventus belum ada di Youtube. Kita pernah menang atas Madrid 3-0, tapi di menit akhir Madrid dapat penalti. Kita bahkan melihat Bonucci pergi ke Milan dan selebrasi tapi balik lagi. Klub tentu lebih besar dari pemain. Tentunya diharapkan kalian bisa tetap mencintai Juventus meski tanpa Chiesa, karena akan banyak Chiesa reborn atau anak legenda lainnya yang bakal main di Juventus.

Di sisi lain, dengan bergabung ke Liverpool, Chiesa telah mewujudkan mimpi.

“Ini adalah mimpi yang telah menjadi kenyataan, ketika saya mendengar kata Liverpool, saya teringat akan trofi, kemenangan, dan malam-malam hebat di Liga Champions di Anfield,” katanya usai bergabung dengan Liverpool.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~