Buffon dan D’Amico: Walau Tua, Tetap Jatuh Cinta
Ditulis oleh : Indierhs
“Finalmente NOI” Caption manis ini terukir di bawah foto penuh kebahagiaan, menampilkan Gianluigi Buffon (46 tahun) dalam setelan jas mewah, terlihat gagah dan karismatik. Sementara Ilaria D’Amico (51 tahun) tampak anggun dalam gaun pengantin putih, menggenggam buket bunga yang cantik dengan senyuman yang menawan. Momen ini adalah simbol dari perjalanan cinta yang penuh liku dan harapan.
Kiper legendaris Italia ini resmi menikahi tunangannya pada 29 September 2024, setelah bertahun-tahun menjalani hubungan yang telah menguji kebersamaan mereka.
Hal ini menarik karena Buffon dan D’Amico sudah menjalin kasih dan menjalani hidup bersama dengan waktu yang tidaklah sebentar lama, nyaris 10 tahun lamanya. Cinta mereka dimulai pada 2014, tidak lama setelah Buffon berpisah dari istrinya, Alena Šeredová.
Dalam dunia yang sering kali menghakimi, hubungan mereka sempat dikelilingi berbagai isu miring yang menggoda, termasuk kabar bahwa hubungan mereka dimulai dari perselingkuhan. Meski badai datang, cinta mereka tak tergoyahkan. Pada 2016, mereka menyambut anak pertama, sebuah langkah yang mengikat mereka semakin erat. Pada 2017, mereka mengambil keputusan untuk bertunangan, melanjutkan perjalanan yang dipenuhi cinta dan komitmen.
Ilaria pernah mengungkapkan bahwa di awal perkenalan mereka, dia merasa mustahil untuk jatuh cinta pada Buffon.
“Saya berasumsi dia pesepakbola stereotipe,” katanya kepada Vanity Fair, menyiratkan keraguan yang menghinggapi hatinya.
Reputasi Buffon yang kontroversial, terutama di masa lalu ketika dia terlibat dengan isu-isu yang kurang baik, membuat Ilaria merasa skeptis. Dia mengingat bagaimana Buffon pernah dikenal karena tindakan yang kurang matang, seperti memakai kaus dengan slogan provokatif yang tidak mencerminkan kedewasaan.
(Ilustrasi/X/@burung_kondor)
Namun, seiring waktu, semua prasangka itu mulai pudar. D’Amico, yang dulunya berprofesi sebagai pengacara dan kini dikenal sebagai presenter di Sky Sports Italia, membuktikan bahwa cinta sejati dapat tumbuh, meski ada pandangan negatif di awal. Ilaria melihat lebih dalam ke dalam diri Buffon, menemukan sisi lembut dan penuh kasih yang selama ini terpendam. Hubungan mereka semakin kuat, dan Ilaria mengakui bahwa awalnya ia tidak pernah membayangkan bisa jatuh cinta kepada Buffon.
Ketika ditanya apakah ia membayangkan kehidupan mereka bersama saat pertama kali bertemu dengannya, Ilaria berkata:
“Tidak, pertama-tama karena saya tidak pernah membayangkan bahwa saya bisa jatuh cinta padanya.”
Ia mengingat bagaimana, pada awalnya, ia memiliki prasangka buruk tentang peran mereka: “pemain sepak bola dan jurnalis yang meliput olahraga.”
Namun, segalanya berubah saat mereka berbicara dalam sebuah acara amal. Keduanya berbagi cerita tentang krisis yang pernah dialami dan kesepian yang telah dilalui.
“Setelah sebulan, rasanya seolah-olah kami sudah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun,” ungkapnya.
Kini, di bawah langit biru, mereka berdiri bersama, saling menggenggam tangan, siap memasuki babak baru dalam kehidupan mereka. Dengan segala tantangan yang telah dilalui—dari keraguan hingga penghakiman publik—Buffon dan D’Amico menunjukkan bahwa cinta sejati tidak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang kemampuan untuk bertahan, berjuang, dan saling mendukung di tengah badai. Saat mereka memulai kehidupan baru sebagai suami istri, harapan dan cinta mengisi setiap sudut hati mereka.
Mereka telah membuktikan bahwa cinta yang tulus dapat mengatasi segala rintangan, dan kini, dengan penuh keyakinan, mereka menghadapi masa depan bersama, mengukir cerita indah di halaman-halaman kehidupan yang masih panjang. Cinta mereka bukan sekadar cerita, melainkan sebuah perjalanan yang selalu membawa mereka kembali satu sama lain, dalam ikatan yang tak akan pernah pudar.