Artikel JVGL

Alessandro Birindelli, Pemain Setia yang Kerap Terpinggirkan

Kala Juventus terlempar ke Serie B pada 2006 lantaran kasus Calciopoli, La Vecchia Signora kudu rela ditinggal sejumlah pemain pilar, termasuk allenatore. Skuat Juventus menyisakan pemain-pemain muda dan senior yang bertahan, salah satunya adalah Alessandro Birindelli.

Nama Birindelli mungkin kurang familiar dan diingat ketimbang Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Pavel Nedved, David Trezeguet, dan Alesandro Del Piero, yang juga memutuskan menetap di Turin kala itu. Apalagi di musim sebelumnya sang defender sempat “menghilang” sepanjang musim akibat cedera yang didapat pada laga uji coba menghadapi Benfica pada musim panas 2005.

Bila ditarik lagi ke belakang, Birindelli bukanlah pemain yang sering mengisi starting line up Juventus. Sejak kedatangannya pertama kali pada musim 1997/98 dari Empoli, ia mesti bersaing dengan bek-bek sayap lain. Sejak saat itu hingga 2006, ia harus bersaing dengan Moreno Torricelli, Gianluca Pessotto, Manuel Dimas, Zoran Mirkovic, Michele Paramatti, Lilian Thuram, Cristian Zenoni, Jonathan Zebina, Zdenek Grygera, hingga Cristian Molinaro.

Di musim perdana bareng Juve, Birindelli cukup sering dimainkan Marcello Lippi. Di Serie A, ia bermain dalam 29 laga dan ikut membantu I Bianconeri merengkuh Scudetto. Birindelli juga kerap diturunkan di Liga Champions. Ia bahkan mencetak gol pertamanya bagi Juventus di debut Liga Champions-nya melawan Feyenoord. Gol tersebut menjadikannya sebagai salah satu pemain termuda Juve yang mencetak gol di Liga Champions. Ia melakukannya di usia 22 tahun.

Pergantian pelatih dari Lippi ke Carlo Ancelotti cukup menggerus kesempatan bermain hingga membuat Birindelli terpinggirkan. Kembalinya Lippi ke kursi pelatih Juventus di musim 2001/02 tidak serta-merta mengubah peruntungan Birindelli. Meski demikian, Birindelli tetap berusaha tampil dengan sebaik mungkin ketika dipercaya turun.

Pada laga Liga Champions menghadapi Deportivo La Coruna musim 2002/03, Birindelli mencetak gol spektakuler ke gawang Super Depor yang dikawal Juanmi. Tendangan jarak jauhnya memperkecil skor menjadi 2-1 dan pada akhirnya Juventus terhindar dari kekalahan setelah Nedved mencetak gol penyeimbang.

Kemudian Birindelli juga memberi sumbangsih krusial di babak perempat final leg 2 melawan Barcelona di musim yang sama. Umpan matangnya berhasil dikonversi Marcelo Zalayeta dan meloloskan Juve ke babak semifinal UCL.
Pada musim itu, Juve menembus ke final berhadapan dengan rekan senegara, AC Milan. Birindelli yang masuk sebagai pemain pengganti ikut mencetak gol dalam babak adu penalti. Sayangnya, Juventus tetap takluk 2-3 dan Birindelli kembali gagal membawa Juve juara di final Liga Champions keduanya.

Musim 2004/05 bersama Fabio Capello, Birindelli jarang mendapat kesempatan bermain. Keadaan semakin memburuk dengan cedera yang didapat semusim kemudian. Kendati demikian, Birindelli tetap bertahan saat Juventus tersungkur ke Serie B musim 2006/07.

Ia menjadi andalan Didier Deschamps dan salah satu pemain Juve dengan penampilan terbanyak musim itu bersama Gigi Buffon dan Federico Balzaretti dengan 40 pertandingan di lintas ajang. Setelah membawa Juventus kembali ke Serie A, Birindelli kembali lebih banyak sebagai pelapis di bawah asuhan Claudio Ranieri.

Setelah 11 tahun dengan capaian 305 pertandingan, Birindelli akhirnya menanggalkan seragam hitam putih Juve. Ia memilih memperkuat klub asal kota kelahirannya, Pisa, musim 2008/09 dan menutup karier sepak bolanya di Pescina Valle del Giovenco tahun 2010.

Selama berkecimpung sebagai pesepak bola, Birindelli dikenal sebagai salah satu pemain versatile. Meski posisi utamanya adalah bek kanan, ia juga mampu bermain di sektor kiri dengan sama baiknya. Ia juga merupakan sosok pekerja keras dan selalu siap diturunkan. Menyisir sisi lapangan dengan kecepatan, umpan, dan tak jarang melesakkan tendangannya yang kuat.

Birindelli juga seorang juventini sejak lama. Maka tak heran bila ia tetap setia saat Juventus didegradasi alih-alih ikut hengkang seperti pemain lain. Selain itu, Birindelli memiliki putra yang mengikuti jejak kariernya, Samuele Birindelli, yang kini memperkuat Pisa. Seperti ayahnya, Birindelli junior berposisi sebagai bek kanan, tetapi bisa juga bermain di sebagai bek kiri.

Birindelli boleh jadi kalah beken dan terlupakan. Namun, totalitas dan kesetiaannya bersama Juventus tidak akan pernah bisa dihapuskan dalam perjalanan kariernya di sepak bola.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *