Artikel JVGL

Pemain Afrika di Juventus FC dari Masa ke Masa

Pemain Afrika di Juventus
Pemain Afrika di Juventus Ilustrasi by @burung_kondor

Piala Afrika 2021 mulai digelar di 9 Januari besok hingga 6 Februari 2021. Para pemain top dari benua Afrika, semisal Mohammed Salah, Riyadh Mahrez, Sadio Mane, Franck Kessie, dan Victor Osimhen, harus rela meninggalkan klub mereka untuk berjibaku membela negara masing-masing di turnamen yang digelar tiap 2 tahun tersebut.

Harri Rahmad Fadil / @__diel


Hal ini tampaknya dapat mengganggu klub yang di saat bersamaan tengah restart untuk menjalani kompetisi. Namun, hal ini tidak berlaku untuk Juventus. Hal itu lantaran di skuad utama Juventus musim ini, tidak ada pemain dari Benua Afrika.

Meski begitu, bukan berarti tak ada pemain dari Benua Afrika yang pernah membela Juventus. Di antara mereka, bahkan ada yang sukses meraih gelar saat berseragam hitam-putih, meski ada juga yang flop. Siapa sajakah mereka?

Sunday Oliseh (Nigeria)
Pria kelahiran 1974 ini didatangkan dari Ajax Amsterdam pada musim 1999/00. Sunday Oliseh sendiri merupakan pemain gelandang bertahan. Oliseh tercatat pernah tampil di Piala Dunia 1994 dan 1998 serta menjadi bagian dari skuad Super Eagles yang meraih medali emas Olimpiade 1996.
Kompetisi Serie A bukanlah pengalaman baru bagi sang centrocampista. Pada musim 1994/95, Oliseh pernah bermain di Reggiana. Memiliki rekam jejak demikian tidak lantas memuluskan kariernya ketika membela I Bianconeri.


Oliseh hanya bertahan semusim, sama seperti periode pertamanya di Italia tatkala memperkuat I Leoni. Bedanya, di Juventus, ia lebih sedikit diberikan kesempatan bermain. Ia cuma diturunkan sebanyak delapan kali di Serie A, itu pun hanya dua kali menjadi starter. Oliseh kalah bersaing dengan gelandang Juventus lainnya, yang saat itu dihuni Edgar Davids, Alessio Tacchinardi, dan Antonio Conte.
Setahun berselang, Oliseh pindah ke Borussia Dortmund. Ia pun pensiun tahun 2006 setelah terakhir mengenakan panji kesebelasan Genk. Bagi saya pribadi, kenangan akan Oliseh bukan dari saat ia mentas bersama La Vecchia Signora, melainkan ketika ia mencetak gol kemenangan bagi Nigeria saat bersua Spanyol di Piala Dunia 1998.

Stephen Appiah (Ghana)
Seorang pemain bertipe box to box midfielder yang diboyong Juventus musim 2003/04 dari Parma. Appiah tampil mengesankan kala dipinjamkan ke Brescia pada musim 2002/03. Pada musim itu ia menorehkan tujuh gol dari 31 penampilan.
Musim pertama Appiah bersama Le Zebre boleh dikatakan dilewati dengan baik, kendati hanya mempersembahkan satu gelar Piala Super Italia dan gagal mempertahankan Scudetto. Pria bernama lengkap Stephen Leroy Appiah menjalani 46 pertandingan dan mencetak satu gol di semua ajang bersama Juve pada musim debutnya.


Pergantian pelatih dari Marcello Lippi ke Fabio Capello serta kehadiran Emerson dan Manuele Blasi di lini tengah La Fidazanta d’Italia ikut memengaruhi jumah menit bermain Appiah. Di musim keduanya, dari berbagai kompetisi, ia melakoni 23 laga dan mengukir dua gol.
Dua musim di Juve, Appiah hengkang ke Fenerbahce musim 2005/06. Sempat kembali pulang ke Serie A guna memperkuat Bologna dan Cesena musim 2009/10 dan 2010/11. Barangkali musim 2002/03-nya bersama Brescia menjadi salah satu musim terbaik bagi kapten Ghana di Piala Dunia 2006 ini selama berkiprah di Italia.

Mohamed Sissoko (Mali)
Sissoko bergabung ke Juventus pada Januari 2008 dari Liverpool. Bergabung di tengah musim, tidak butuh waktu lama bagi pria berpostur 191 cm untuk menjadi pilar di sektor tengah lapangan Si Nyonya Tua kala itu.
Permasalahan mulai muncul ketika cedera menghampirinya pada Maret 2009. Cedera kembali menghantuinya di musim 2009/10 dan 2010/11. Selama tiga setengah musim memperkuat Juve, Momo Sissoko mengemas 100 penampilan di lintas ajang.

Juve sebagai batu loncatan Sissoko menuju Mitra Kukar


Di musim 2011/12 Sissoko berlabuh ke negara kelahirannya, Prancis, untuk membela Paris Saint-Germain. Setelahnya, ia berpindah-pindah klub dan benua. Bahkan, ia sempat melanjutkan petualangannya di Indonesia untuk memperkuat Mitra Kukar pada 2017.
Meski kerap didera cedera kala memperkuat Juve, permainan gigih dan tak kenal lelah yang diperlihatkannya di atas lapangan membuatnya menjadi salah satu pemain favorit Juventini saat itu. Apalagi, saat itu Juventus tengah berada dalam momen-momen sulit untuk kembali bangkit merajai Serie A. Tak hanya itu, Sissoko juga tak segan-segan memberikan dukungannya kepada I Bianconeri lewat kicauannya di media sosial.

Kwadwo Asamoah (Ghana)
Nama Asamoah mencuat kala membela Udinese kurun waktu 2008-2012, yang saat itu tengah menjadi salah satu kuda hitam yang kerap mengganggu dominasi tim papan atas. Juventus pun merekrutnya bersama rekannya, Mauricio Isla, di musim 2012/13 dengan sistem co-ownership.
Di Udinese, Asamoah adalah pemain tengah dengan kemampuan mengumpan cukup baik dan solid mengawal lini tengah. Di Juventus saat itu, barisan gelandang Juve telah dihuni trio MVP (Marchisio-Vidal-Pirlo) ditambah Paul Pogba yang baru bergabung di musim yang sama. Namun, oleh Antonio Conte, Asamoah disulap menjadi wing back kiri. Pria yang lahir di Accra ini melakoni perannya dengan sangat baik.


Asamoah menjadi jawaban atas kebutuhan Conte di sektor kiri. Di sebelah kanan sudah ada Stephan Lichtsteiner, yang posisinya sulit direbut oleh Isla. Dua musim pertama dilalui Asamoah dengan gemilang. Ia menjadi pemain tak tergantikan di sisi wing back kiri. Total 83 pertandingan dijalankannya dengan torehan lima gol dan 15 asis di berbagai ajang, dengan dua Scudetto dan dua Piala Super Italia yang berhasil dipersembahkan.


Gangguan cedera menerjangnya di musim ketiga dan keempat. Apalagi di kedua musim tersebut Si Nyonya Tua mendatangkan Patrice Evra dan Alex Sandro guna mengisi pos bek/wing back kiri.
Kendati sudah tidak banyak diganggu oleh cedera pada dua musim terakhirnya di Juve, Asamoah sudah bukan pilihan utama lagi di skuad Massimiliano Allegri. Kontraknya yang berakhir pada Juni 2018 tidak diperpanjang. Ia pun memutuskan menerima pinangan Inter Milan.


Kini Asamoah berstatus tanpa klub setelah terakhir memperkuat Cagliari pada musim lalu. Menilik kiprahnya selama enam tahun di Le Zebre, Asamoah boleh disebut sebagai salah satu pemain Afrika tersukses yang pernah merumput di Juventus Stadium.

Mario Lemina (Gabon)
Mengenakan nomor punggung 18, Lemina resmi dipinjamkan Olympique Marseille ke Juventus musim 2015/16. Meski setahun kemudian statusnya dipermanenkan, nyatanya ia tetap kesulitan mendapat tempat di tim utama.
Lemina mesti berkompetisi ketat dengan nama-nama sekelas Pogba, Claudio Marchisio, Sami Khedira hingga Miralem Pjanic. Selama dua tahun bermukim di Turin, pesepak bola asal Gabon ini mencicipi 29 penampilan di Serie A, yang mayoritas turun sebagai pemain pengganti.


Melihat fisik dan gaya mainnya, tak sedikit yang berharap ia bisa mengikuti jejak Pogba. Sayangnya hal tersebut belum terlihat selama ia bermain di Juventus.
Musim 2017/18 Lemina angkat kaki ke Southampton. Setelah dua musim ia dipinjamkan ke Galatasaray dan Fulham. Di musim 2021/22, ia kembali lagi ke Prancis bergabung bersama Nice.
Sempat bermain untuk timnas Prancis U20 dan U21, Lemina memutuskan membela tanah kelahirannya, Gabon, pada tahun 2015.

Medhi Benatia (Maroko)
Di musim pertamanya bareng Juventus, Benatia kurang mendapat banyak kesempatan bermain lantaran masih bercokolnya trio BBC di belakang (Barzagli-Bonucci-Chiellini). Begitu Leonardo Bonucci cabut ke AC Milan musim 2017/18, jumlah menit main sang difensore pun mengalami kenaikan yang signifkan.
Benatia diangkut dari Bayern Munchen dengan status pinjaman musim 2016/17, yang kemudian dipermanenkan statusnya di akhir musim. Kepergian Bonucci ke I Rossoneri menjadi berkah bagi Benatia. Ia menjadi salah satu pilihan inti Max Allegri di lini pertahanan The Old Lady.

Benati-wall


Ada dua momen yang cukup membekas pada kiprah Benatia di musim tersebut. Momen pertama adalah pelanggaran eks Udinese dan AS Roma ini kepada Lucas Vazquez di leg kedua perempat final liga champions melawan Real Madrid.
Saat itu, laga sudah memasuki injury time dan Juve unggul 3-0. Foul yang dilakukan Benatia berbuah penalti dan dieksekusi dengan sempurna oleh Cristiano Ronaldo. Dengan skor akhir 3-1, I Bianconeri gagal melaju ke babak berikutnya karena kalah agregat 3-4.


Sementara momen kedua terjadi dalam laga final Coppa Italia melawan AC Milan. Pada pertandingan itu, Juve menang telak 4-0. Benatia mencetak dua gol ke gawang tim yang diperkuat Bonucci.
Kendati menutup musim dengan manis, Benatia dikejutkan oleh keputusan Bonucci yang pulang ke Turin musim 2018/19. Ia pun kehilangan tempat sebagai pemain utama. Pada Januari 2019, Benatia memilih hijrah ke klub Qatar, Al- Duhail.


Dua setengah musim mengenakan seragam hitam putih, Benatia mencatatkan 59 penampilan dan menceploskan lima gol di lintas ajang serta mengoleksi enam trofi.
Desember 2021, Benatia memutuskan gantung sepatu di usia 34 tahun setelah terakhir memperkuat klub Turki, Fatih Karagumruk.


Selain nama-nama di atas, masih ada lagi yang lain di antaranya; Benjamin Onwuachi (Nigeria), Ayub Daud (Somalia), dan Ouasim Bouy (Maroko). Di skuad Juventus U23, terdapat nama Hamza Rafia (Tunisia) yang di musim lalu sempat turun di ajang Coppa Italia melawan Genoa dan mencetak gol kemenangan pada babak extra time. Di musim ini, Rafia tengah dipinjamkan ke Standard Liege.
Kira-kira, siapa saja pemain asal Afrika yang sedang diidam-idamkan Juventini untuk gabung ke skuad Juve sekarang?

Penulis: Hari Rahmad Fadil bisa ditemui di akun twitter nya di @__diel

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *