Juventus Menginjak Tai
Penulis: Arief Hidayat [ Kreariefitas ]
Bisa disapa di akun Twitter @ariefhidt
Tahun 2023 baru saja dijajaki, tapi Juventus langsung seperti menginjak tai. Belum kering luka usai Napoli membobol gawang Juventus sebanyak 5 kali, kini si Nyonya Tua kena lagi pengurangan 15 poin di Serie A. Pengurangan 15 poin itu layaknya kalah 5 kali beruntun!
Juventus tidak sendiri. Beberapa klub Serie A lainnya juga kena tampar FIGC akibat ngakalin nilai akuntansi. Sayangnya, semua klub tersebut kecuali Juventus sepertinya lebih hoki. Sama-sama curang dan pake joki, tapi hanya Juventus yang dipaksa turun dari klasemen saat ini.
Apakah PSSI FIGC becus kasih sanksi? Atau tega karena Juventus banyak duit, sedangkan klub lain duitnya sepi?
Gambarannya mungkin seperti ada ibu-ibu ngemis bawa bayi digelandang ke kantor polisi. Namun, ada ibu-ibu bawa bayi naik Jetski tidak satupun yang kasih sanksi. Minimal diundang di podcast Om Doddy atau sekadar buat klarifikasi di acara pagi-pagi Trans TV. Seperti itulah kegundahgulanaan hari seorang tifosi Bianconeri.
Padahal fans Juventus itu gak ada yang aneh-aneh hingga saat ini. Kak Asi gak pernah twit sambil selfie pake filter terkini atau Kak Imma sebar foto 4 biji buat cari atensi. Bahkan penulis Fandom, Teh Indi pun masih diadminin sendiri, belum pernah sekalipun diketikin atau dishare foto selfienya oleh suaminya sendiri.
Atas kasus ini pun Teh Indi beropini. “Juventus klub bola apa anak STM, kok urusan terus sama polisi.” Jarang kasih prestasi, sekalinya juara 9 kali tiba-tiba muncul berita investigasi. Memang ini salah dari manajemen terdahulu di bawah kendali Agnelli, yang ngakalin angka transaksi pemain agar tetap hijau di buku akuntansi. Tapi yang ngelakuin hal ini di klub lain juga ada sih. Petinggi klub lain juga bukan Agnelli. Tapi, kenapa derita pengurangan poin ini cuma Juventus yang mewakili?
Pedih memang, (penulis) sebagai fans Juventus di era 2000-an saat Trezeguet baru masuk mengisi lini serang I bianconneri, bahkan belum pernah merasakan nikmatnya Juventus juara UCL atau jadi raja Eropa hingga saat ini. Eh malah sudah ngerasain klub kesayangannya dihukum 2 kali, mulai dari era Calciopoli hingga kasus yang kedua ini.
Kami rasa sepakat mulai hari ini, sebagai fans atau yang disebut Juventini, awalnya kami kira ujian terbesarnya adalah harus menikmati pertandingan Juventus di bawah asuhan Massimiliano Allegri. Namun di luar itu, ternyata ujian kami ditambah dengan adanya skandal yang bahkan bukan salah Allegri. Bagi mereka yang biasa menyalahkan Allegri atas bobroknya Juventus, mesti lebih berat lagi. Hatinya kembali disakiti, tapi kali ini gak bisa nyalahin pelatih atau pemain sendiri.
Tapi inilah cinta, Cu Pat Kay pernah berkata bahwa “Begitulah Cinta, Deritanya Tiada Akhir”. Bisa saja jika Dewa Cinta ini hidup hingga era setelah pandemi, quote-nya berubah jadi “Begitulah Juventini, Deritanya Tiada Akhir”.
Juventus kini tengah melayangkan banding, namun FIGC akan bersikap sesuai senandung Farel Prayoga yaitu Juventus “ojo dibanding bandingke”. Baik terima saja langsung hukumannya, dan gak perlu bandingin Juventus dengan klub lainnya yang punya masalah sama.
Juventus adalah si Nyonya Tua, masih syukur nenek-nenek ini gak dipaksa mandi sambil live TikTok. Maka sudah sepatutnya juga Juventini tak perlu ngotot menyalahkan Inter atau elite global lainnya sambil melotot. Memang akan muncul tweet ngasal dari fans lain yang gak paham konteks masalahnya. Namun seperti orang berpendidikan kita sudah biasa toh selama 2 tahun terakhir menghadapi orang yang gak percaya Covid hingga orang yang suka nanya hal tolol di akun base.
Jadilah kuat Juventus, semoga di 2023 Juventus kembali membaik. Rasanya kita rindu jika Juventus kembali berprestasi dan fans lain yang iri namun hanya mampu menuduh klubnya dicurangi, ketimbang Juventus yang belum berprestasi, tapi ditambah kena sanksi.
So, Fino Alle Fine.