Artikel JVGL

Cari Penerus Del Piero Itu Kayak Nyari Nasi Uduk Jam 2 Siang!

Jika Juventus itu adalah sebuah rumah makan, Del Piero adalah salah satu menu andalan yang sampai saat ini belum ditemukan lagi rasa yang autentik. Sebapuk apapun striker utama, ada Del Piero rasanya kenyang gitu. Ketika ia pergi pun, kudu pindah ke benua yang sudah pasti gak akan ketemu Juventus saat tanding sepak bola resmi.

Hingga kini restoran murah yang sempat disinggung Conte ini masih mencari menu baru yang selevel dengan Del Piero. Mencari penggantinya enggak kaya cari gunting kuku yang sulit sekali ditemukan ketika butuh. Banyak pemain Juventus yang pernah digadang jadi penerusnya Del Piero.

Raffaele Palladino

Del Piero kualitas ekonomis ini sempat jadi menu utama di restoran Juventus yang diharapkan jadi pengganti sepadan Del Piero. Sayangnya, seperti tempe bongkrek yang dipaksa jadi steak wagyu, ekspektasi fans terlalu tinggi. Nonton pertandingan-pertandingan Palladino seperti nobar sinetron yang judulnya agak seru, tapi jalan ceritanya bikin sakit kepala.

Hingga akhirnya ia tersingkirkan. Ia melanjutkan karier dengan melanglangbuana di sejumlah klub, seperti Genoa, Parma, Crotone, Spezia, hingga Monza.

Sebastian Giovinco

Punya julukan “Atomic Ant” Giovinco justru lebih bertaji ketimbang nama sebelumnya. Bertubuh kecil, lincah, dan memiliki tendangan curling yang ciamik, Seba adalah Messi Italia dengan rambut yang sangat tipis.

Ia memulai kariernya bersama Juventus muda. Giovinco muda pun dipinjamkan ke Empoli dan sempat memperkuat Parma yang kemudian membeli setengah kepemilikannya. Di klub tersebut, ia mulai angkat nama. Juventus pun menebus setengah kepemilikannya dari Parma dan memplotnya untuk menjadi pengganti Del Piero yang pergi meninggalkan klub setelah menjadi legenda.

Namun, kembaran pemain Prison Break ini tak sanggup mengulangi penampilannya seperti di Parma. Beban yang diberikan kepadanya terlalu berat, seperti Magic Jar yang dibawa pelatih ke setiap pertandingan. Ia cuma jadi penghangat bangku cadangan.

Saat pindah ke MLS, Seba bermain seperti Jerry di Tom & Jerry. Ia berlari kencang sekali saat membawa bola, seakan tidak bisa ditangkap bahkan oleh kucing Amerika. Giovinco gagal jadi penerus Del Piero, tapi menjadi Raja Semut di Kanada kampungnya Justin Bieber.

Fabrizio Miccoli

Miccoli adalah sebuah fenomena di Palermo, bahkan ia terlalu tajam untuk jadi striker di Football Manager sejak 2006. Dibeli Juventus untuk coba mirroring penampilan Del Piero, Miccoli justru jadi anomali. Di menu ia bagai rendang yang cuma numpang lewat di meja prasmanan nikahan. Diciduk jahe, tapi gak diberesin panitia biar rame aja tampilan meja kondangan.

Diego Ribas

Diego adalah salah satu pemain Juventus yang tak terlupakan, namun sayangnya gampang dilupakan. Di restoran Juve ia bagai camilan enak yang cuma ada di Lebaran. Orang suka, tapi cuma sebentar. Bintangnya sangat terang di Werder Bremen sampai akhirnya pindah ke Juventus yang tengah berada di era kegelapan. Bukannya bantu nerangin Juventus, Diego malah masuk ke lembah yang lebih gelap lagi dan jauh dari ekspektasi.

Carlos Tevez

Tevez pernah membuat fans lupa sesaat tentang Del Piero. Penampilan Tevez bersama di Juventus kayak kentut keluar benda padat, tendangannya bikin orang lompat dari sofa. Larinya kencang, tubuhnya kecil tapi kuat, pemain bengal yang hijrah jadi lebih kalem bersama Juventus.

Meski tajam, cepat, dan haus gol, Tevez gak pernah cocok disebut jadi penerus Del Piero. Selain karena umurnya, ketangguhannya di lapangan justru membuat fans sesaat lupa bahwa kita dulu punya Del Piero, ini kok beda, meski sama-sama bagusnya.

(Ilustrasi/X/@burung_kondor)

Paulo Dybala

Melihat potensi the Next Del Piero gak ketemu di pemain lokal Italia, Juventus mencari pemain “impor”. Belajar dari Tevez, klub mulai mencari opsi pemain berkebangsaan Argentina. Paulo Dybala jadi kandidat seterusnya.

Namun, tetaplah ia bukan menu yang selevel. Fans jarang dibuat kenyang apalagi sering kebanyakan garam dampak kebiasaannya joget-joget di TikTok. Kadang performanya kayak PS 2 yang cuma kerja kalau posisinya dimiringin. Ada aja masalah yang bikin kasetnya gak memutar dengan baik. Hingga akhirnya ia pergi ke Roma berharap bisa bermain di level PS5, tapi refurbished.

Kenan Yildiz

Yildiz adalah debutan muda yang lagi pede banget akhir-akhir ini. Naik di tim senior era Allegri bgst, Yildiz bermain sangat apik dan fans akhirnya memberikan mahkota penerus Del Piero di kepalanya. Meski bukan asli Italia, namun Yildiz memang mengidolai Del Piero.

Bahkan ia meniru selebrasi melet sang legenda. Selebrasi itu dilakukannya usai mencetak gol debutnya di UCL. Bukan sembarang gol, karena tembakannya juga mirip seperti gol debut Del Piero saat itu. Bahkan usia Yildiz jauh lebih muda dari Del Piero. Hal ini langsung dirayakan fans seperti tengah lebaran Del Piero.

Semua fans menyebut Yildiz si penerus Del Piero kaya bapack-bapack nyebut temennya penyanyi Indonesian Idol hanya karena kegep nyanyi di kamar mandi.

Itulah beberapa nama yang sebelumnya pernah digadang-gadang menjadi penerus Del Piero. Dari yang sudah-sudah, sangat sulit untuk mengikuti jejak Del Piero, boro-boro mencapainya.

Kenapa Sulit Cari “Del Piero Baru”?

Del Piero ini bukan sekadar pesepakbola. Dia itu simbol, pahlawan, ayah baptis buat fans Juve. Gak peduli seberapa bagus anak atau cucu orang lain, kalau nggak ada “aura” Del Piero, ya tetep aja gak sama.

Bukan tak mungkin aura Del Piero malah ditemukan pada anaknya yang masih 16 tahun. Saat ini sang anak yang berposisi sebagai gelandang, Tobias, membela Empoli U-18.

Meski anak legenda, pastinya tak serta-merta begitu saja bisa gabung ke Juventus, layaknya politik dinasti di negeri Wakanda.

Mentang-mentang bapaknya legenda, dipuji banyak fans, anaknya bisa tau-tau naik ke atas jadi kapten tim lewat jalur pemilihan yang gak jujur. Gak gitu dong.

Bayangin aja, ada anak pesepakbola legendaris masuk Juventus dapet privilege, kayak anak lurah yang gampang masuk kerja di kelurahan. Weah aja anak presiden pada musim pertamanya di Juventus dihina banyak fans, padahal bapaknya legenda sepak bola. Hingga akhirnya, kita semua tetep kangen sama Del Piero, kayak kangen libur sekolah panjang setelah sebulan penuh try-out.

Harapannya? Ya mungkin bukan cari “New Del Piero”, tapi berharap ada pemain yang bisa bikin kita move on, walau rasanya kayak nyari nasi uduk jam 2 siang. Ada, tapi sangat susah.

JVGL

Fino alla fine, forza uhuuuy~